Mohon tunggu...
Muhammad Najib
Muhammad Najib Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa & Muhibbin

RASULULLAH ï·º IDOLAKU Menulis hanya untuk menyenangkan Rasulullah ï·º

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benarkah Perempuan Lemah & Pemalas?

8 Agustus 2019   03:44 Diperbarui: 8 Agustus 2019   04:04 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

SISIHKAN STIGMA-STIGMA YANG MELEMAHKAN PEREMPUAN

(Perempuan yang lemah itu bukan takdir, itu dibentuk oleh budaya dan masyarakatnya sendiri) 

Hallo perempuan. Bagaimana keadaanmu, aku adalah lelaki pemujamu. Wajar-wajar saja aku berkata seperti itu. Karena itulah naluriah manusia, saling memiliki rasa antar lawan jenisnya.

Populasi dunia perempuan sebanding dengan rata-rata 1:4 kaum adam.

Artinya 1 laki-laki bisa mendapatkan 4 perempuan.

Bahkan menurut prediksi penelitian kampus luar negeri dapat naik menjadi 1:10.

Keistimewaan perempuan terletak pada kekuatan olah rasanya. Dianugerahi sebuah kepekaan rasa yang hebat membuat perempuan dicandui banyak kaum adam bahkan makhluk hidup lainnya.

Kemampuan memfilterisasi rasa juga tinggi. Dari situlah perempuan dapat menahan atau meledakkan emosionalnya.

Menurut Simone de Beauvoir (Tokoh Filsuf Feminisme) ia menerangkan tentang kebebasan perempuan.

Menurutnya, kebebasan perempuan ditandai sejak perempuan berani mengambil langkah bisa mandiri dari segi pikiran maupun ekonomi.

Pikiran yang ia maksud ialah pikiran yang merdeka. Yang ditandai dengan tak terdikte oleh kata pemahaman budaya dan masyarakatnya sendiri.

Ia berani keluar dari zonanya dan berani menampilkan dirinya menjadi sosok perempuan yang cerdas dan pemurah.

Lalu mandiri dari segi ekonomi maksudnya disini perempuan harus punya penghasilan. Sederhananya bagi perempuan jangan terlalu bergantung pada lelaki.

Sehebat-hebat lelaki pasti mengagumi dan takut ditinggal oleh perempuan yang mampu berdikari dalam segi ekonomi sosial, ujar Simone.

Tidak apa-apa perempuan berpenghasilan tinggi kata Simone, tapi jangan pernah tinggi hati alias menyombongkan diri dari lelakinya.

Disinilah bentuk kedermawanan rasa yang dimiliki perempuan. Kata Simone de Beauvoir kalau perempuan kalah secara ekonomi, ya perempuan tidak mempunyai nilai tawar.

Perempuan tidak bisa nawar, perihal cinta dan kehilangan. Maksudnya adalah perempuan harus siap-siap dihembus angin dan kehilangan lelakinya dari waktu dan kematian. Maka akan timbul lah stres yang mendalam bagi si perempuan yang tidak memiliki daya tawar.

Sederhanya kalau ditinggal lelaki, ya tidak makan dia. Maka Simone menekankan bahwa perempuan harus berdaya secara ekonomi. Kerja ya kerja saja jangan terlalu menggantungkan diri pada laki-laki.

Aktivitas sosial ya aktivitas sosial saja. Tunjukkan pada dunia bahwa perempuan juga berjasa pada aktivitas sosial. Dari situlah lahir kebebasan perempuan, itu prakteknya.

Ada juga kisah menarik ni, giliran ada angkat mengangkat barang perempuan berkata: " eh cowok yang kuat lho"!

Bagi Saya tidak masalah dengan itu. Tapi jadilah perempuan yang kuat. Sebab urusan angkat-angkat tidak ada urusannya antara laki-laki maupun perempuan. Siapa yang kuat silahkan angkat.

"Perempuan yang lemah itu bukan takdir, itu dibentuk oleh budaya dan masyarakatnya sendiri".

Bagi Simone de Beauvoir jalan pembebasan antara lain itu "sisihkan stigma-stigma yang melemahkan perempuan". Kebebasan Perempuan dibentuk oleh rasa dan bentengnya dalah etika.

Dari situlah lahir perempuan berkeadaban atau sering disebut Rasulullah SAW dalam haditsnya "Al-Maratus Sholihah (Istri yang Sholeha) dan Almaratu Imadul Bilad (Perempuan Tiang Negara).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun