Gaya hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya." (Plummer, 1983). Gaya hidup seseorang sangat berbeda satu sama lain, faktanya dari sekian juta manusia di muka bumi ini mempunyai selera yang beragam.Â
Setiap orang tidak bisa memaksakan kehendak selera orang lain. Selain gaya hidup yang beraneka ragam di masyarakat, hal tersebut juga sedang tren di kalangan mahasiswa. Saat ini mahasiswa tidak jarang yang mengikuti arus gaya hidup di dunia global, mulai dari gaya rambut, model berpakaian, aksesoris, hingga makanan. Orang yang memakai barang atau jasa disebut konsumen. Perilaku atau sikap memakai barang atau jasa disebut perilaku konsumen. Perilaku konsumen (consumer behavior) didefinisikan sebagai studi unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang atau jasa (Sunarto,2016).
Perilaku konsumtif tersebut membuat gaya hidup di kalangan mahasiswa menjadi berlebih-lebihan, pasalnya apa yang dikonsumsi belum tentu dibutuhkan. Dari sekian banyaknya mahasiswa yang saya temui, mayoritas mengatakan bahwa mereka membeli barang apa yang mereka inginkan, bukan yang mereka butuhkan, misalnya mereka membeli sepatu, tas, atau aksesoris yang terlihat mewah atau branded. Barang-barang yang demikian itu sangat menarik di mata mahasiswa, karena mereka meyakini jika barang-barang tersebut dapat meningkatkan status sosialnya. Akan tetapi barang yang dibeli tidak terlalu atau bahkan tidak digunakan. Perilaku tersebut sudah mencerminkan bahwa mereka hanya suka terhadap barangnya tanpa memerhatikan nilai kegunaannya.
Dalam megonsumsi barang atau jasa, konsumen harus memerhatikan kualitas barang tersebut, karena jikalau barang tersebut kualitasnya jelek maka hal tersebut dapat merugikan konsumen. Berbicara mengenai kualitas, pasti saling berkesinambungan dengan harga yang ditawarkan. Oleh karena itu konsumen harus pandai memilah dan memilih barang-barang yang berkualitas serta harga yang ramah dikantong. Selanjutnya konsumen juga harus memertimbangkan kebutuhan barang tersebut, apakah memang dibutuhkan atau hanya sekedar suka, karena barang yang disuka belum tentu dibutuhkan.
Sejauh ini barang yang saya konsumsi sesuai apa yang saya gunakan, karena saya sebagai mahasiswa juga menyadari bahwa apa yang saya beli harus sesuai apa yang saya butuhkan, terlebih lagi sebagai mahasiswa perantau. Jadi untuk membeli sesuatu harus dipikirkan secara matang nilai kegunaanya.Â
Sebelum itu saya juga pernah membeli barang yang sebenarnya tidak terlalu penting sesuai kebutuhan, misalnya membeli obat pemanjang dan pelurus rambut hanya untuk membuat rambut terlihat bagus serta mengikuti tren. Namun tempo hari saya juga benar-benar memerhatikan mulai dari tingkat harga hingga kualitasnya. Ada beberapa barang yang memang saya beli meskipun harganya sedikit mahal tetapi kualitasnya juga terjamin, seperti tas, baju untuk acara resmi, handphone dan lain sebagainya. Hal tersebut memang sengaja saya lakukan karena melihat dari segi pemakaian jangka panjangnya. Saya pribadi lebih memilih barang yang harganya sedikit mahal tapi kualitasnya terjamin daripada yang murah tapi kualitasnya belum bisa dipastikan, hal itu memang sengaja saya lakukan supaya barang tersebut bisa bertahan lama sehingga saya tidak membelinya berkali-kali.
Selain harga dan kualitas, saya juga memakai jasa titip barang (jastip). Jastip tersebut sangat bermanfaat bagi para konsumen yang ingin membeli barang tanpa harus pergi ke tempatnya secara langsung. Biaya yang dikeluarkan untuk jastip juga tidak terlalu mahal, tergantung jarak dari tempat barang ke tempat konsumen. Banyak mahasiswa yang memanfaatkan jastip untuk membeli barang atau hanya sekedar mengirimkan barang. Tak heran kalau jastip sangat familiar di telinga kalangan mahasiswa serta banyak yang memakai jasanya. Â Â Â Â Â Â
Sumber:
Plummer,R. 1983. Life Span Development Psychology: Personality and Socialization. New York: Academic Press.
Sunarto. 2006. Perilaku Konsumen. Hal.3.Yogyakarta:AMUS Yogyakarta
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI