Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Saya menjadi penulis sejak tahun 2019, pernah bekerja sebagai freelancer penulis artikel di berbagai platform online, saya lulusan S1 Teknik Informatika di Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Tahun 2012.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bangun Kesiangan, Benarkah Rezeki Dipatok Ayam? Menelusuri Makna di Balik Pepatah Orang Tua Dulu

10 Februari 2025   10:00 Diperbarui: 10 Februari 2025   09:34 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bangun pagi kesiangan rezeki sudah dipatok ayam (sumber gambar: akun steemit/pakmanan)

Pernahkah Anda mendengar orang tua berkata, "Kalau bangun kesiangan, rezeki sudah dipatok ayam"? 

Pepatah ini sering digunakan untuk mengingatkan kita agar tidak malas dan membiasakan diri bangun pagi. Namun, di era modern yang penuh dengan pekerjaan fleksibel dan jadwal yang beragam, apakah pepatah ini masih relevan? Apakah benar bahwa bangun kesiangan bisa mengurangi rezeki, ataukah ini hanya mitos yang perlu kita tinjau kembali?

Bagi sebagian orang, bangun pagi dianggap sebagai kunci kesuksesan. Banyak tokoh besar dunia, dari CEO hingga atlet profesional, mengaku memiliki kebiasaan bangun sebelum matahari terbit untuk memulai hari dengan produktif. Di sisi lain, ada juga individu yang justru lebih kreatif dan efektif bekerja pada malam hari, sehingga mereka memilih tidur lebih larut dan bangun lebih siang.

Jadi, apakah benar bahwa rezeki hanya datang bagi mereka yang bangun lebih awal? Ataukah keberhasilan lebih ditentukan oleh bagaimana kita mengatur waktu, bukan hanya kapan kita memulai hari? Mari kita telusuri lebih dalam makna di balik pepatah ini dan bagaimana relevansinya dengan kehidupan modern.

Asal-Usul dan Makna Pepatah

Pepatah ini muncul dari kebiasaan masyarakat agraris di masa lalu. Para petani dan peternak biasanya memulai hari mereka sebelum matahari terbit. Mereka percaya bahwa pagi adalah waktu terbaik untuk bekerja karena udara masih segar, tenaga masih penuh, dan kondisi alam mendukung produktivitas. 

Di saat yang sama, ayam-ayam di kandang sudah bangun lebih dulu, berkokok, dan mulai mencari makan. Jika seseorang bangun terlalu siang, mereka bisa kehilangan kesempatan terbaik untuk bekerja di ladang, menjual hasil panen, atau bahkan sekadar mengawasi ternak mereka agar tidak dimakan hewan liar.

Dari sinilah muncul pemahaman bahwa siapa yang bangun lebih awal akan lebih dulu mendapatkan rezeki, sedangkan yang bangun kesiangan bisa tertinggal oleh mereka yang lebih rajin. Ayam dalam pepatah ini menjadi simbol ketekunan bangun lebih dulu, bergerak lebih cepat, dan tidak menunggu kesempatan datang begitu saja.

Apakah Bangun Siang Tanda Kemalasan?

Secara tradisional, bangun kesiangan sering dikaitkan dengan sifat malas. Hal ini karena orang yang bangun kesiangan dianggap membuang waktu produktif yang bisa digunakan untuk bekerja, belajar, atau beraktivitas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun