Dalam beberapa tahun terakhir, istilah "hijrah" tidak lagi hanya merujuk pada perpindahan fisik atau spiritual dalam konteks agama, tetapi juga berkembang menjadi sebuah gerakan sosial yang masif, khususnya di dunia digital.Â
Di Indonesia, fenomena hijrah digital menjadi sorotan, terutama di media sosial. Ribuan konten bertemakan hijrah bermunculan, mulai dari ceramah, kajian, hingga produk-produk dengan label "islami". Namun, di balik semangat spiritual yang menjadi inti gerakan ini, muncul pertanyaan, sejauh mana fenomena hijrah digital benar-benar murni, dan kapan ia mulai menjadi bagian dari komodifikasi?
Hijrah Digital dan Transformasi Spiritualitas
Hijrah digital merujuk pada bagaimana individu menggunakan platform online untuk memperkuat identitas keagamaannya. Mereka memanfaatkan media sosial untuk berbagi perjalanan spiritual, berbagi nasihat keagamaan, atau menginspirasi orang lain agar menjalani kehidupan yang lebih religius.Â
Dalam bentuknya yang paling murni, hijrah digital adalah ekspresi kesungguhan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, sekaligus ajakan kepada orang lain untuk ikut merasakan transformasi serupa.
Platform seperti Instagram dan YouTube dipenuhi dengan konten bertema islami, mulai dari kajian online, kutipan motivasi dari Al-Qur'an dan hadis, hingga vlog tentang perjalanan hijrah seseorang. Hal ini memungkinkan dakwah menjadi lebih mudah diakses oleh berbagai kalangan, termasuk generasi muda yang akrab dengan teknologi. Dalam prosesnya, individu tidak hanya memperkuat keimanan mereka sendiri, tetapi juga membangun komunitas daring yang saling mendukung dalam perjalanan spiritual.
Namun, hijrah digital juga mencakup transformasi identitas di ruang publik. Penampilan fisik, seperti mengenakan hijab syar'i atau busana syariah, sering menjadi simbol visual dari hijrah yang ditampilkan di media sosial. Bagi banyak orang, ini bukan hanya tentang penampilan, tetapi juga cara menyampaikan pesan bahwa hijrah adalah perubahan yang mencakup keseluruhan aspek kehidupan, baik secara spiritual maupun sosial.
Komodifikasi Hijrah: Gaya Hidup atau Kapitalisme?
Di sisi lain, hijrah digital tidak bisa dilepaskan dari aspek komersialisasi. Dalam dunia yang didominasi algoritma, konten spiritual sering kali dipadukan dengan promosi produk.Â
Hal ini terlihat dari maraknya influencer hijrah yang memanfaatkan popularitas mereka untuk memasarkan berbagai produk berlabel islami, seperti pakaian syariah, makanan halal, kosmetik halal, hingga aplikasi ibadah. Dengan menggabungkan elemen spiritual dan komersial, konten hijrah sering kali menjadi alat untuk menarik perhatian audiens sekaligus mendorong konsumsi produk.