Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Menulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Sustainable Fashion: Mengapa Indonesia Perlu Peduli Lingkungan?

16 Desember 2024   18:00 Diperbarui: 16 Desember 2024   16:16 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sustainable Fashion (sumber gambar: travelmaker.id via blibli.com)

"Fashion bukan hanya tentang penampilan, tetapi juga berhubungan erat dengan dampak lingkungan."

Setiap pakaian yang kita kenakan memiliki jejak karbon yang tak terlihat, yang terbentuk melalui seluruh rantai pasokan mulai dari pemilihan bahan baku, proses produksi, hingga distribusinya ke konsumen.

Industri fashion, khususnya fast fashion, menjadi salah satu penyumbang utama kerusakan lingkungan di dunia. Pemakaian bahan sintetis, penggunaan air yang berlebihan, serta pembuangan limbah tekstil yang tidak terkelola dengan baik, semuanya berkontribusi pada penurunan kualitas lingkungan global.

Namun, belakangan ini, semakin banyak orang yang menyadari pentingnya perubahan dalam cara kita memproduksi dan mengonsumsi pakaian. Sustainable fashion atau mode berkelanjutan, yang menekankan pada penggunaan bahan ramah lingkungan, produksi yang adil, dan pengurangan limbah, menjadi pilihan yang semakin banyak dipertimbangkan oleh desainer, produsen, dan konsumen.

Dampak Lingkungan dari Industri Fashion

Industri fashion, terutama yang berbasis fast fashion, memiliki dampak besar terhadap lingkungan. Fast fashion mengacu pada model bisnis yang memproduksi pakaian dalam jumlah besar dengan cepat, mengikuti tren yang terus berubah, dan menjualnya dengan harga murah. Proses ini menyebabkan konsumsi yang berlebihan dan pola pembuangan yang sangat cepat, karena banyak konsumen membeli pakaian hanya untuk digunakan beberapa kali sebelum membuangnya.

Salah satu dampak terbesar dari industri fast fashion adalah produksi limbah tekstil yang sangat tinggi. Pakaian yang tidak terjual sering kali dibuang atau dibakar, dan banyak dari pakaian yang diproduksi dihasilkan dengan bahan sintetis yang sulit terurai. 

Selain itu, produksi massal pakaian membutuhkan sumber daya alam yang besar, seperti air. Untuk membuat satu t-shirt saja, dibutuhkan sekitar 2.700 liter air, setara dengan jumlah air yang dikonsumsi oleh seorang manusia selama dua setengah tahun. Proses pewarnaan pakaian juga sering melibatkan bahan kimia berbahaya yang mencemari sumber daya air dan membahayakan ekosistem.

Di Indonesia, dampak fast fashion semakin terasa seiring dengan meningkatnya konsumsi pakaian murah. Masyarakat yang semakin terbiasa dengan produk fashion yang cepat dan murah sering kali tidak menyadari bahwa setiap pembelian memiliki konsekuensi bagi planet ini. Dengan populasi yang besar, Indonesia berisiko menghadapi masalah lingkungan yang lebih serius akibat peningkatan konsumsi fashion yang tidak terkendali. 

Sustainable Fashion: Apa itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun