"Kenangan adalah bagian penting dari kehidupan manusia."
Setiap peristiwa yang terjadi, baik yang membahagiakan maupun menyakitkan, meninggalkan jejak dalam ingatan. Kenangan ini tidak hanya menciptakan nostalgia, tetapi juga membentuk cara kita melihat dunia dan diri kita sendiri.Â
Meski demikian, ada kalanya kenangan menjadi begitu kuat sehingga mempengaruhi langkah kita di masa kini. Banyak orang merasa terjebak dalam kenangan baik itu tentang hubungan yang telah berakhir, kegagalan, atau kehilangan yang mendalam.
Mengapa kenangan tersebut bisa begitu sulit untuk dilepaskan? Apa yang membuat sebagian orang terus terikat pada masa lalu, meskipun sudah jelas bahwa hidup harus terus bergerak maju?Â
Secara psikologis, ingatan manusia bekerja dengan cara yang kompleks. Otak cenderung menyimpan peristiwa yang memiliki keterikatan emosional yang kuat, baik itu kebahagiaan, kesedihan, atau trauma. Kenangan ini diolah dan disimpan di bagian otak seperti hippocampus dan amigdala, yang berperan dalam pengelolaan memori dan emosi.Â
Ketika sesuatu di masa kini memicu kenangan tersebut, otak secara otomatis memutar ulang ingatan itu, seolah-olah kejadian itu baru saja terjadi. Hal inilah yang sering membuat seseorang sulit melepaskan diri dari masa lalu, terutama jika kenangan tersebut meninggalkan dampak emosional yang mendalam.
Selain itu, ada kecenderungan manusia untuk melihat masa lalu dengan kaca mata nostalgia. Fenomena ini membuat seseorang lebih fokus pada momen-momen indah atau hal-hal positif yang pernah terjadi, sambil mengabaikan sisi-sisi buruknya. Nostalgia sering kali memberikan kenyamanan emosional, sehingga masa lalu terasa lebih menyenangkan dibandingkan kenyataan saat ini.
Namun, idealisasi seperti ini dapat menjadi penghalang untuk melangkah maju. Ketika seseorang terus-menerus membandingkan masa kini dengan versi "sempurna" dari masa lalu, mereka cenderung merasa tidak puas atau enggan menerima perubahan yang tak terhindarkan. Akibatnya, mereka terjebak dalam lingkaran kenangan yang sulit dilepaskan.
Rasa bersalah dan penyesalan juga menjadi faktor utama yang membuat seseorang sulit move on. Ketika seseorang merasa bahwa mereka telah membuat kesalahan besar di masa lalu, pikiran tentang apa yang seharusnya dilakukan berbeda sering kali menghantui. Perasaan ini menimbulkan dilema emosional, di mana seseorang terus-menerus memutar ulang kejadian tersebut dalam pikiran mereka, berharap bisa mengubah sesuatu yang sebenarnya sudah tidak mungkin.
Penyesalan ini diperparah oleh perasaan "seandainya" yang memicu kebutuhan untuk mencari pembenaran atau penyelesaian atas peristiwa tersebut. Akibatnya, seseorang menjadi terjebak dalam masa lalu, kesulitan menerima kenyataan, dan kehilangan kesempatan untuk fokus pada apa yang bisa dilakukan di masa kini atau masa depan.