Trauma juga berperan besar dalam menahan seseorang di masa lalu. Peristiwa traumatis, seperti kehilangan mendadak, pengkhianatan, atau pengalaman kekerasan, sering kali meninggalkan luka emosional yang mendalam dan sulit sembuh. Trauma ini tidak hanya memengaruhi pikiran, tetapi juga tubuh, dengan memicu respons stres yang berulang setiap kali ingatan tersebut muncul.
Bagi sebagian orang, trauma menciptakan rasa takut atau kecemasan yang membuat mereka terjebak dalam pola pikir masa lalu. Mereka mungkin terus-menerus menghindari situasi yang mengingatkan pada kejadian tersebut atau, sebaliknya, terobsesi memikirkan apa yang terjadi. Tanpa penanganan yang tepat, seperti dukungan emosional atau terapi, trauma ini dapat menjadi hambatan besar dalam proses untuk move on dan menjalani kehidupan yang lebih baik.
Selain faktor emosional, kebiasaan juga memengaruhi kemampuan seseorang untuk move on. Ketika seseorang terbiasa hidup dengan pola pikir atau rutinitas yang berkaitan dengan masa lalu, mereka sering merasa sulit untuk melepaskan diri dari kenangan tersebut. Kebiasaan ini menciptakan semacam zona nyaman, meskipun sebenarnya menyakitkan atau tidak produktif.
Misalnya, mendengarkan lagu-lagu yang terkait dengan kenangan tertentu atau terus-menerus mengunjungi tempat yang memiliki makna emosional dapat memperkuat keterikatan pada masa lalu. Pola ini membuat seseorang sulit membuka diri terhadap pengalaman baru atau menerima perubahan yang terjadi di sekitarnya. Mengubah kebiasaan menjadi langkah penting untuk membantu seseorang melepaskan diri dari bayang-bayang masa lalu dan mulai fokus pada masa kini.
Namun, sulitnya move on bukan berarti tidak ada solusi. Langkah pertama yang perlu diambil adalah menerima kenyataan bahwa masa lalu tidak dapat diubah. Penerimaan ini bukan berarti melupakan kenangan tersebut, tetapi memahami bahwa hidup terus berjalan dan kesempatan untuk bahagia masih ada di masa kini dan masa depan.
Berbagi perasaan dengan orang-orang terdekat atau seorang profesional seperti terapis juga dapat membantu. Dengan membicarakan apa yang dirasakan, seseorang bisa mendapatkan perspektif baru yang lebih objektif dan membebaskan diri dari beban emosional.
Fokus pada masa kini juga penting dalam proses move on. Ketika seseorang terjebak dalam kenangan, seringkali mereka melupakan kekuatan yang dimiliki saat ini. Hidup di masa kini memungkinkan kita untuk menikmati momen yang ada, merasakan kebahagiaan yang mungkin terlewatkan jika terus-menerus terpaku pada masa lalu.
Untuk memfokuskan diri pada saat ini, penting untuk mulai melibatkan diri dalam aktivitas yang membangkitkan semangat dan memberikan rasa pencapaian. Mengatur rutinitas yang sehat, seperti olahraga, meditasi, atau bahkan berkumpul dengan orang-orang yang mendukung, dapat membantu mengalihkan perhatian dari kenangan yang menyakitkan dan membawa keseimbangan dalam hidup.
Pada akhirnya, kenangan adalah bagian dari siapa kita, tetapi bukan keseluruhan cerita. Kenangan membentuk identitas kita, memberi kita pelajaran dan pengalaman yang tak ternilai. Namun, kita tidak boleh terjebak hanya pada apa yang telah terjadi, karena kehidupan terus berlanjut dan kita memiliki kekuatan untuk menciptakan cerita baru.
Masa lalu mungkin memberi kita perspektif, tetapi masa depan menawarkan potensi yang belum terungkap. Kita memiliki kesempatan untuk belajar dari kenangan, tetapi juga untuk tumbuh dan berubah.Â
Dengan menerima kenyataan bahwa kita dapat melepaskan beban masa lalu, kita membuka jalan bagi diri kita untuk mengejar kebahagiaan yang lebih besar, hubungan yang lebih sehat, dan pencapaian yang lebih bermakna di masa depan. Kenangan adalah bagian dari perjalanan, tetapi kita adalah penulis cerita kita sendiri.