Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Menulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Ekonomi Makin Sulit, Kelas Menengah Terhimpit di Antara Kebutuhan dan Pengeluaran

25 November 2024   10:00 Diperbarui: 25 November 2024   10:32 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ekonomi masyarakat kelas menengah kian terhimpit diantara kebutuhan dan pengeluaran (sumber gambar: freepik)

"Dalam beberapa tahun terakhir, kondisi ekonomi global yang tidak stabil telah memberikan dampak signifikan pada kehidupan banyak orang, termasuk warga kelas menengah."

Ketidakpastian yang disebabkan oleh fluktuasi harga energi, inflasi yang tinggi, serta dampak dari krisis ekonomi global membuat kesejahteraan ekonomi banyak keluarga semakin terancam. 

Dulu, kelas menengah dianggap sebagai kelompok yang relatif aman dari ketidakpastian ekonomi, dengan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar serta memenuhi gaya hidup yang nyaman. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak dari mereka yang kini merasa terperangkap di antara kebutuhan yang terus meningkat dan pengeluaran yang semakin besar.

Tekanan Biaya Hidup yang Melonjak

Salah satu penyebab utama keterhimpitan ini adalah peningkatan biaya hidup yang tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan. Selama beberapa tahun terakhir, harga bahan pokok seperti beras, minyak goreng, dan sayur mayur terus merangkak naik, sementara upah yang diterima oleh sebagian besar pekerja kelas menengah justru stagnan. Bahkan, di beberapa sektor, kenaikan gaji tidak sebanding dengan laju inflasi yang terjadi. Akibatnya, daya beli masyarakat menurun, sementara kebutuhan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari semakin besar.

Di tengah kondisi ini, banyak keluarga kelas menengah yang merasa kesulitan untuk menjaga keseimbangan antara pengeluaran dan pemasukan. Hal ini mengarah pada keputusan untuk memangkas anggaran pada sektor-sektor tertentu, seperti hiburan, liburan, atau bahkan biaya pendidikan anak. Sebagai contoh, banyak orang tua yang terpaksa memilih sekolah dengan biaya yang lebih terjangkau, meski kualitas pendidikan yang diterima anak-anak mereka mungkin tidak seoptimal sekolah swasta atau internasional.

Selain itu, kebutuhan akan kesehatan juga menjadi beban tambahan. Meskipun memiliki asuransi kesehatan, biaya pengobatan yang semakin mahal dan seringkali tidak tercover sepenuhnya oleh asuransi, membuat banyak keluarga harus mengeluarkan dana tambahan untuk perawatan. Kenaikan harga obat-obatan dan biaya rumah sakit yang terus melonjak memaksa banyak orang untuk berpikir dua kali sebelum mengambil keputusan terkait kesehatan.

Di sisi lain, biaya transportasi juga semakin membebani anggaran rumah tangga. Kenaikan harga bahan bakar dan tarif transportasi umum membuat biaya perjalanan menjadi lebih tinggi. Banyak pekerja kelas menengah yang harus bekerja ekstra untuk mengimbangi pengeluaran ini, sering kali dengan mengambil pekerjaan sampingan atau mencari alternatif lain untuk menekan biaya, meskipun itu tidak selalu cukup untuk menutupi keseluruhan biaya hidup.

Utang yang Kian Membebani

Selain tekanan biaya hidup, banyak keluarga kelas menengah terjebak dalam siklus utang. Untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat, banyak yang terpaksa menggunakan kartu kredit, pinjaman online, atau kredit konsumtif lainnya sebagai solusi jangka pendek. Meskipun awalnya terasa seperti cara yang mudah dan cepat untuk mendapatkan dana tambahan, kenyataannya utang-utang ini sering kali menjadi beban yang sulit dilunasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun