"Hilirisasi mineral dan batubara (minerba) menjadi salah satu kebijakan strategis pemerintah Indonesia dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi."
Kebijakan ini bertujuan untuk mengubah paradigma perekonomian nasional dari hanya sekedar pengekspor bahan mentah menjadi produsen produk bernilai tambah tinggi. Dengan mengolah hasil tambang di dalam negeri, Indonesia tidak hanya meningkatkan daya saing di pasar global tetapi juga menciptakan efek berantai yang positif, seperti pembukaan lapangan kerja, pengembangan infrastruktur, dan penguatan ekonomi daerah.
Seiring dengan meningkatnya permintaan global terhadap komponen berbahan dasar nikel , hilirisasi minerba menjadi semakin relevan. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, memiliki peluang besar untuk memperluas pasar penyebaran hasil olahan nikel untuk diekspor.
Kebijakan hilirisasi ini juga mencerminkan komitmen pemerintah untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG).
SDG dan Peningkatan Ekonomi secara Makro
Hilirisasi minerba sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDG), khususnya tujuan ke-8 tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi serta tujuan ke-9 terkait industri, inovasi, dan infrastruktur. Kebijakan ini tidak hanya menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak dan lebih berkualitas, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif melalui pengembangan sektor industri berbasis teknologi tinggi.
Penerapan hilirisasi memungkinkan Indonesia untuk mengintegrasikan rantai pasok global. Dengan memproses bahan mentah menjadi produk setengah jadi, nilai tambah yang dihasilkan meningkat signifikan. Hal ini membuka peluang untuk meningkatkan kontribusi sektor industri terhadap PDB dan mempercepat transformasi struktural ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder.
Selain itu, hilirisasi juga mendukung pengembangan infrastruktur yang diperlukan untuk mengakomodasi pertumbuhan industri. Pembangunan smelter, kawasan industri, dan fasilitas pendukung lainnya menciptakan efek berantai positif bagi perekonomian lokal dan regional.
Secara makro, hilirisasi mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong industri untuk meningkatkan nilai tambah melalui hilirisasi nikel. Indonesia sendiri memiliki potensi sumber daya nikel yang sangat besar, mencapai 17 miliar ton dengan cadangan sebesar 5 miliar ton.
Potensi ini timbul dari peningkatan nilai tambah yang dihasilkan oleh pengolahan bahan mentah di dalam negeri, yang secara langsung mendorong pertumbuhan sektor industri pengolahan. Selain itu, hilirisasi juga berperan dalam memperkuat daya saing produk nasional di pasar internasional, khususnya dalam rantai pasok industri strategis seperti baja tahan karat (stainless steel).