Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Menulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kemiskinan Semakin Nyata: Ketika Penghasilan Tak Lagi Cukup untuk Hidup

20 November 2024   18:00 Diperbarui: 20 November 2024   18:04 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kemiskinan (sumber gambar: freepik)

"Kemiskinan bukan lagi sekadar statistik atau isu sosial yang dibahas di meja seminar."

Kemiskinan telah menjadi kenyataan yang dihadapi sehari-hari oleh jutaan masyarakat, dari kota hingga pelosok desa. Bagi banyak keluarga, tantangan memenuhi kebutuhan dasar kini semakin berat di tengah melambungnya harga kebutuhan pokok, lapangan kerja yang semakin menyempit, dan pendapatan yang tak lagi memadai. Situasi ini tidak hanya menekan ekonomi rumah tangga, tetapi juga mengancam kesejahteraan sosial dan mental masyarakat. 

Pertanyaannya, sejauh mana kondisi ini akan berlangsung, dan apa yang bisa dilakukan untuk keluar dari lingkaran kemiskinan yang semakin menjerat?

Meningkatnya Beban Hidup

Kenaikan harga barang kebutuhan pokok, seperti beras, minyak goreng, dan bahan bakar, telah menekan daya beli masyarakat. Di sisi lain, pendapatan masyarakat tidak mengalami kenaikan yang sebanding dengan laju inflasi. 

Akibatnya, banyak keluarga harus melakukan penghematan besar-besaran, mengorbankan kebutuhan penting lainnya seperti pendidikan dan kesehatan. Bahkan, beberapa rumah tangga terpaksa berutang demi memenuhi kebutuhan harian mereka. 

Kondisi ini menciptakan tekanan yang semakin berat, terutama bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah yang sebelumnya sudah hidup pas-pasan. Ketika harga kebutuhan terus melambung, daya beli masyarakat perlahan terkikis, membuat mereka semakin sulit untuk keluar dari jerat kemiskinan.

Peluang Kerja yang Kian Menyempit

Di sisi lain, lapangan kerja juga semakin sulit ditemukan. Perkembangan teknologi memang membuka peluang pekerjaan baru, tetapi tidak semua orang memiliki akses atau kemampuan untuk memanfaatkannya. 

Banyak masyarakat, terutama di pedesaan atau dengan tingkat pendidikan rendah, kesulitan beradaptasi dengan kebutuhan keterampilan baru yang muncul akibat perkembangan teknologi. Pekerjaan tradisional seperti buruh tani, nelayan, atau pekerja pabrik kini semakin tergeser oleh otomatisasi dan perubahan pola ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun