Jalan tol yang lurus dan bebas hambatan memang menawarkan kenyamanan bagi pengendara, memungkinkan perjalanan lebih cepat tanpa harus melewati lampu lalu lintas atau perlintasan sebidang.Â
Namun, kondisi jalan yang lurus, tanpa tikungan tajam atau rintangan, sering kali membuat pengemudi terlena dan mengurangi kewaspadaan. Tanpa disadari, jalan tol yang terlihat "aman" ini dapat berubah menjadi jebakan yang mengancam keselamatan.
Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di berbagai negara lain yang memiliki jaringan tol panjang. Data menunjukkan bahwa kecelakaan di jalan tol sering kali lebih parah dibandingkan dengan kecelakaan di jalan biasa, karena kecepatan yang tinggi dan jarak yang panjang di antara titik perhentian.Â
Ada berbagai faktor yang turut memicu bahaya di jalan tol, mulai dari kesalahan manusia hingga faktor eksternal seperti cuaca dan kondisi jalan.Â
1. Kecepatan Tinggi dan Kurangnya Pengawasan
Di jalan tol, pengemudi cenderung memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi karena jalur yang lurus dan bebas hambatan. Namun, semakin tinggi kecepatan, semakin sulit bagi pengemudi untuk bereaksi cepat terhadap kondisi tak terduga, seperti kendaraan lain yang tiba-tiba berpindah jalur atau rintangan di jalan. Selain itu, rasa aman yang dirasakan di jalan tol sering kali membuat pengemudi kurang waspada, seperti tidak selalu menjaga jarak aman atau lalai memperhatikan kendaraan di sekitarnya.
Kurangnya pengawasan ini semakin berbahaya ketika pengemudi merasa terlalu nyaman atau mengantuk, mengurangi respons mereka terhadap situasi di jalan. Dengan kecepatan tinggi dan pengawasan yang berkurang, jalan tol yang lurus bisa berubah menjadi jalur berbahaya yang meningkatkan risiko kecelakaan serius.
2. Kondisi Jalan yang Monoton dan Membosankan
Jalan tol yang lurus dan panjang sering kali menciptakan kondisi yang monoton bagi pengemudi. Tanpa banyak variasi atau belokan, perjalanan di jalan tol bisa terasa membosankan, terutama dalam jarak tempuh yang panjang. Kondisi ini dapat membuat pengemudi kehilangan fokus dan mengurangi tingkat kewaspadaan mereka terhadap lingkungan sekitar.
Fenomena ini dikenal sebagai highway hypnosis, di mana pengemudi seolah-olah berada dalam kondisi "terhipnosis" akibat repetisi dan keseragaman jalan. Pengemudi mungkin merasa tetap terjaga, tetapi sebenarnya mereka kurang responsif terhadap situasi di depan. Risiko ini bertambah besar jika pengemudi merasa lelah atau mengantuk, sehingga refleks dan kemampuan mereka untuk menghindari bahaya di jalan juga berkurang.