Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Menulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dilema Alumnus LPDP yang Tidak Wajib Pulang: Kesiapan Lapangan Kerja atau Pengabdian yang Tidak Optimal?

8 November 2024   09:15 Diperbarui: 8 November 2024   09:29 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) telah menjadi salah satu program unggulan pemerintah Indonesia dalam mengembangkan sumber daya manusia unggul. 

Dengan pendanaan yang besar, LPDP mendukung ribuan mahasiswa berprestasi untuk menempuh studi di dalam maupun luar negeri. Namun, salah satu kebijakan LPDP yang memicu diskusi hangat adalah tentang keharusan atau tidaknya para alumnus untuk kembali dan bekerja di Indonesia. 

Meski sebelumnya LPDP mewajibkan alumnus untuk pulang dan bekerja di tanah air, kini kebijakan tersebut mulai longgar bagi sebagian penerima. Ini menimbulkan berbagai dilema, terutama terkait kesiapan lapangan kerja di Indonesia dan bentuk pengabdian yang optimal bagi negara.

Alasan Kebijakan Tidak Wajib Pulang Bagi Beberapa Alumnus

Bagi beberapa bidang studi atau profesi tertentu, terutama yang terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi tingkat lanjut, Indonesia sering kali belum memiliki fasilitas atau infrastruktur yang memadai. Misalnya, dalam bidang riset bioteknologi, teknologi kecerdasan buatan, serta teknik kedirgantaraan, laboratorium, teknologi, dan dukungan riset yang tersedia di Indonesia masih terbatas dibandingkan dengan negara-negara maju. 

Hal ini membuat lulusan yang telah menempuh pendidikan tinggi di luar negeri, terutama mereka yang telah menguasai teknologi mutakhir atau metode riset canggih, kesulitan untuk mengaplikasikan ilmu mereka secara penuh begitu mereka kembali ke tanah air.

Selain fasilitas fisik, jaringan dan ekosistem kerja yang mendukung kemajuan riset dan teknologi tingkat lanjut juga masih dalam tahap pengembangan. Lulusan dengan keahlian khusus di bidang-bidang ini sering kali membutuhkan lingkungan yang terdiri dari komunitas riset, universitas, perusahaan teknologi, dan lembaga pemerintah yang siap berkolaborasi untuk inovasi. 

Di Indonesia, jaringan dan kolaborasi seperti ini belum berkembang secara optimal, sehingga tidak sedikit lulusan yang merasa lebih bermanfaat jika mereka sementara waktu bekerja di luar negeri, di mana ekosistem tersebut sudah terbentuk lebih kuat.

Lebih dari itu, keterbatasan sumber daya dalam pendanaan riset dan pengembangan (R&D) menjadi kendala lainnya. Negara-negara maju biasanya memiliki anggaran besar untuk proyek-proyek R&D, yang memungkinkan para peneliti untuk melakukan eksperimen, mengembangkan teknologi, dan membuat inovasi tanpa terhambat oleh keterbatasan dana. 

Di Indonesia, pendanaan untuk R&D masih jauh di bawah standar global, sehingga peluang bagi para lulusan untuk benar-benar berkontribusi dalam riset teknologi maju di dalam negeri menjadi terbatas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun