Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Menulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Timphan: Kuliner Tradisional Aceh yang Menyimpan Filosofi Mendalam

28 Oktober 2024   17:00 Diperbarui: 28 Oktober 2024   17:05 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi timphan aceh (sumber gambar: Facebook/ William Buck)

Aceh, sebuah provinsi di ujung barat Indonesia yang terkenal dengan kekayaan budayanya. Selain sejarahnya yang kaya, Aceh juga memiliki berbagai sajian kuliner tradisional yang memikat, salah satunya adalah timphan. 

Timphan adalah kue tradisional Aceh yang selalu hadir dalam berbagai acara adat atau perayaan keagamaan seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Bentuknya yang kecil dan memanjang menjadikannya mudah dikonsumsi dalam sekali gigit, sehingga sangat disukai masyarakat.

Namun, timphan tidak hanya sekadar kudapan, melainkan juga menyimpan filosofi mendalam yang mencerminkan keramahan dan kearifan lokal masyarakat Aceh. Filosofi yang terkandung dalam timphan dapat dilihat dari cara penyajiannya kepada tamu. 

Dalam budaya Aceh, menyajikan kudapan kepada tamu merupakan bentuk penghormatan dan sambutan hangat yang menunjukkan kerendahan hati dan rasa hormat kepada mereka yang datang. Timphan adalah salah satu jenis kue tradisional yang paling sering dihidangkan kepada tamu sebagai simbol penghormatan dan keramahan.

Cara pembuatan timphan juga mencerminkan kearifan lokal masyarakat Aceh dalam memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan timphan, seperti tepung ketan, kelapa, dan santan, merupakan sumber daya alam yang dapat ditemukan dengan mudah di Aceh. Penggunaan bahan-bahan lokal ini menunjukkan rasa tanggung jawab dan penghargaan terhadap lingkungan serta kearifan lokal masyarakat Aceh dalam menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.

Timphan juga memiliki makna dalam hal hubungan sosial antarindividu. Dalam budaya Aceh, timphan sering dihidangkan sebagai simbol kebersamaan dan persatuan. Dengan menikmati timphan bersama-sama, orang dapat merasakan kehangatan dan kebersamaan dari masyarakat Aceh yang sangat menjunjung tinggi kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembuatan timphan memang tergolong rumit dan membutuhkan ketelitian serta kesabaran dalam melakukannya. Untuk membuat timphan, pertama-tama tepung ketan harus dicuci hingga bersih dan direndam dalam air selama beberapa jam. Setelah itu, tepung ketan diaduk dengan air dan santan kelapa, kemudian diuleni hingga merata dan adonannya menjadi elastis.

Selanjutnya, bahan isian seperti srikaya atau kelapa parut manis juga harus dipersiapkan. Srikaya dibuat dari campuran santan, gula, dan telur yang diolah hingga menjadi pasta halus yang manis. Sedangkan untuk kelapa parut manis, kelapa diparut dan dicampur dengan gula hingga menjadi lembut dan manis.

Adonan yang sudah jadi kemudian dibentuk bulat-bulat kecil dan dipipihkan sehingga menyerupai daun pisang yang telah dipersiapkan. Isian srikaya atau kelapa parut manis kemudian diletakkan di tengah-tengah adonan dan dibungkus dengan bentuk seperti kantong kecil menggunakan daun pisang.

Ilustrasi cara pengukusan timphan (sumber gambar: Facebook/ Maryani Usman)
Ilustrasi cara pengukusan timphan (sumber gambar: Facebook/ Maryani Usman)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun