Dalam situasi di mana kesulitan ekonomi menimpa banyak rakyat, tindakan para pejabat yang sering memamerkan kemewahan seringkali menuai kontroversi dan kecaman dari masyarakat. Mengapa hal ini terus terjadi meskipun kesenjangan sosial semakin terlihat jelas?
Hal ini mungkin terjadi karena para pejabat jarang terlibat secara langsung dengan kehidupan rakyat yang mereka pimpin. Mereka mungkin lebih sering berkutat dengan tugas-tugas dan urusan internal, sehingga kurang memiliki kesempatan untuk merasakan langsung bagaimana sebenarnya kehidupan masyarakat yang mereka layani.
Gaya hidup mewah yang biasa dilakukan oleh pejabat mungkin juga membuat mereka kehilangan rasa empati terhadap kesulitan rakyat. Kehidupan yang nyaman dan mewah bisa membuat seseorang merasa kurang terdorong untuk memiliki rasa empati terhadap orang-orang di sekitarnya yang mungkin sedang berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin, seharusnya para pejabat dapat memahami bahwa mereka seharusnya menjadi teladan bagi rakyat yang mereka layani. Sebagai pemimpin, mereka seharusnya lebih mementingkan kewajiban sosialnya sebagai pelayan rakyat daripada tuntutan jabatan dan gaya hidup yang mewah.
Para pejabat dapat mengambil langkah-langkah seperti melakukan penghematan anggaran dan mengalokasikan sumber daya untuk program-program yang berdampak tinggi bagi kesejahteraan rakyat, seperti program peningkatan akses ke pendidikan, lapangan kerja, dan kesehatan. Selain itu, mereka juga dapat memperkuat mekanisme pengawasan dan partisipasi rakyat dalam pengambilan kebijakan dan pengelolaan keuangan pemerintah.
Dalam mewujudkan tujuannya, para pejabat juga dapat membangun hubungan yang lebih transparan dan terbuka dengan masyarakat. Mereka dapat melakukan kunjungan kerja ke daerah-daerah yang terdampak oleh krisis, mendekatkan diri dengan masyarakat, dan mendengarkan aspirasi mereka. Dalam hal ini, para pejabat harus bisa menghilangkan jarak antara diri mereka sebagai pemimpin dengan rakyat yang mereka layani.
Melalui langkah-langkah ini, para pejabat dapat memperlihatkan bahwa mereka benar-benar peduli dengan keadaan rakyat yang mereka pimpin dan siap untuk melakukan tindakan-tindakan konkrit yang membawa manfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Selain itu, mereka juga dapat membangun kembali kepercayaan masyarakat pada pemerintahan dan memperkuat tata kelola pemerintahan yang lebih efektif dan akuntabel.
Tekanan sosial dan ekspektasi dari lingkungan sekitar juga bisa menjadi faktor di balik tingginya insiden pamer kemewahan di kalangan pejabat. Lingkungan sekitar para pejabat seringkali mencitrakan gaya hidup mewah sebagai suatu hal yang wajar, atau bahkan menjadi suatu standar untuk dicapai. Para pejabat yang hidup di lingkungan semacam ini mungkin merasa terpaksa untuk mengikuti gaya hidup mewah agar tetap dapat diterima di mata orang-orang di sekitarnya.
Selain itu, terdapat tekanan untuk menunjukkan "keberhasilan" dalam posisi dan pekerjaannya, yang seringkali dihubungkan dengan gaya hidup mewah. Tekanan seperti ini bisa datang dari lingkungan kerja, keluarga, atau bahkan media sosial. Pejabat mungkin merasa terpaksa untuk menunjukkan pencapaian dan keberhasilan mereka dengan cara memamerkan kemewahan, sebagai suatu tanda status dan prestise yang dinilai rendah jika tidak terpenuhi.
Sebagai pemimpin, para pejabat seharusnya mampu memahami bahwa pengorbanan dan kewajiban sosial sebagai pelayan rakyat tidak selalu berjalan sejalan dengan kemewahan dan citra di mata publik. Mereka harus mampu memisahkan antara kebutuhan pribadi dan kebijakan pengelolaan keuangan yang bijaksana dan bertanggung jawab terhadap rakyat yang mereka pimpin.