"Semangka seringkali menjadi buah favorit pada musim kemarau. Beragam jenis semangka terdapat di pasaran, mulai dari yang berbiji, hingga yang non biji."
Dibandingkan semangka berbiji, jenis semangka non biji cenderung lebih diminati oleh konsumen. Karena itu, proses persilangan semangka non biji menjadi perhatian para petani beserta peneliti yang ingin menghasilkan produk inovatif.
Namun, mampukah kita memproduksi semangka non biji dengan cara yang sederhana? Jawabannya tentu tidak. Prosedur persilangan semangka non biji membutuhkan pengetahuan khusus dan keterampilan yang matang. Bagaimana cara menghasilkan semangka non biji?
Pada awal proses persilangan, ke dua jenis semangka yang berbeda diambil benihnya. Benih yang diambil untuk proses persilangan harus memiliki kualitas dan genetik yang baik, serta bebas dari penyakit atau gangguan serangga. Dua jenis semangka yang dipilih ini kemudian disilangkan, yaitu dengan cara memasukkan serbuk sari dari bunga jantan ke dalam bunga betina, sehingga terjadi penyerbukan.
Proses persilangan semangka non biji membutuhkan keahlian khusus dalam pemilihan varietas dan pengaturan waktu serbuk sari yang pas. Bagian penting dari proses ini adalah penyerbukan antara bunga jantan dan betina, yang membelah jenis kelamin tanaman semangka. Bunga jantan dan betina ini terdapat pada varietas berbeda dari semangka, yang masing-masing memiliki sifat khusus yang juga berbeda. Dari sini, para peneliti memilih varietas semangka yang memiliki sifat yang berbeda, tetapi bisa diintegrasikan.
Dalam waktu 2-4 minggu, bibit yang dihasilkan akan mulai tumbuh. Namun, tidak semua bibit akan tumbuh dengan baik. Karena itu, setelah benih ditanam, para petani serta peneliti akan memilih bibit yang berkualitas dan memiliki sifat yang diinginkan. Bibit yang dipilih kemudian akan dibiakkan dan diuji fisiologinya untuk menghasilkan produk semangka non biji dengan sifat dan kualitas yang lebih baik.
Pengujian fisiologi pada tahap persilangan semangka non biji dilakukan untuk memeriksa kemungkinan bibit baru yang bisa dihasilkan oleh tanaman semangka persilangan tersebut. Bibit yang dihasilkan pada proses persilangan antara bunga jantan dan betina ini memiliki resiko untuk menghasilkan bibit semangka dengan biji ataupun tanaman yang tidak berkualitas.
Penting bagi para ilmuwan dan peneliti untuk memperhatikan uji fisiologi ini dengan sangat teliti, karena hanya bibit yang teruji dan memenuhi standar kualitas yang akan dijadikan bibit unggul. Tanaman semangka akan tumbuh dan berkembang dengan baik jika bibit yang ditanam telah melalui proses seleksi bibit terbaik dan mempunyai karakteristik yang diinginkan.
Selain itu, uji fisiologi juga akan membantu para petani maupun peneliti untuk mengetahui sifat dan karakteristik bibit yang akan ditumbuhkan. Dalam proses ini, para peneliti akan menguji kecenderungan bibit agar diketahui kemungkinan bibit baru tersebut akan menjadi semangka yang berbiji atau semangka non biji.
Jika bibit yang dihasilkan berhasil lulus pengujian fisiologi, maka bibit tersebut akan dianggap berhasil dan secara bertahap bibit ini akan dibudidayakan untuk menghasilkan produk semangka non biji dengan sifat dan kualitas yang lebih baik.