Oleh: Muhammad Dahron
Ketika usia menua, terasakan getirnya rasa. Fisik kelihatan rapuh, hati semakin lesu terasa. Entah kemana perginya masa mudaku. Hanya tinggal kenangan, yang jadi pelipur lara.
Sekarang senyum sudah jarang terpancar. Tubuh sudah tak sama, seperti dulu seolah berubah. Terkurung di rumah, tak banyak berbicara. Hanya diam menyaksikan waktu, berjalan terus tak henti.
Makanan tak lagi terasa, nafsu pun surut berganti. Semua terlihat sama, tak lagi menggugah selera. Mereka bilang, ini adalah penyakit menua. Yang akrab menghampiri manusia, pada usia lanjut.
Hidup penuh warna, namun kini terlihat berbeda. Kedewasaan itu membawa kebijaksanaan, namun juga menyesakkan dada. Satu persatu orang terdekat pergi meninggalkan dunia. Meninggalkan diriku sendiri, di tengah keramaian.
Namun ada sebagian orang yang menemani, walau kadang tak sepadan. Bisa jadi secara kebetulan, atau karena takdir yang sudah terduga. Dalam sepi ini, perjalanan masih berlanjut. Apa adanya, mencoba menikmati tiap detiknya.
Banyak kemungkinan yang hilang, lagi-lagi karena faktor usia. Namun dalam hati masih ada harapan, semoga bisa tetap berdampingan. Dalam menghadapi masa depan yang tak terduga. Ketika usia menua, masih inginkah hidupku terus bertambah?
Sigli, 24 Agustus 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H