Pemaafan memang termasuk perilaku mulia dan tak mudah untuk dilakukan. Adakalanya, meskipun kita sudah memaafkan orang lain atas kesalahan yang pernah dilakukannya, masih ada rasa kesal yang tersimpan dan sulit untuk dilupakan.Â
Di sisi lain, ketika sudah meminta maaf dan diberi maaf, seseorang seharusnya dapat dengan mudah melupakan kejadian buruk dan move on menghadapi hidup yang baru. Namun, kenapa seringkali hal tersebut sulit dilakukan?
Pemaafan Tidak Selalu Bisa Menghapus Trauma Emosional
Meskipun sudah memaafkan seseorang, menyembuhkan cedera hati dan trauma emosional akibat perilaku buruk orang tersebut tidak selalu dapat terhapuskan hanya dengan pemaafan saja. Hal ini dikarenakan pemaafan tidak selalu berarti menghapus semua rasa sakit dan penderitaan yang pernah dialami. Terkadang, orang yang sudah memaafkan masih harus menemukan cara untuk melepaskan rasa sakit tersebut dan menyembuhkan diri secara bertahap. Pada kasus khusus, ketika tradisi atau norma masyarakat mengharuskan seseorang untuk memaafkan pelaku kejahatan tanpa sepengetahuan mereka, maka proses pemaafan membawa beban psikologis yang berat dan lebih sulit untuk dilakukan.
Untuk mengatasi hal ini, penting bagi orang yang pernah mengalami cedera hati dan trauma emosional untuk mencari bantuan profesional, seperti psikolog atau terapis. Mereka dapat membantu untuk menemukan cara untuk mengatasi rasa sakit dan penderitaan secara realistis dan membimbing dalam pemulihan proses. Terapi juga memberikan kesempatan untuk membantu orang tersebut memproses dan meredakan emosi dengan cara yang sehat dan produktif.
Selain itu, menghubungkan diri dengan orang-orang terpercaya seperti keluarga dan teman juga dapat membantu melepas beban emosional dan mendapatkan dukungan untuk proses pemulihan. Setiap orang memiliki batasannya masing-masing dalam proses pemaafan dan kesembuhan, dan tidak perlu terburu-buru atau membandingkan diri dengan orang lain.
Kenangan Buruk Lebih Mudah Teringat Ketimbang Momen Baik
Ada sebuah pepatah bilang bahwa "kesalahan hanya butuh satu kali, namun kebaikan memerlukan waktu yang lebih lama untuk dihasilkan."Â Pepatah ini memiliki makna yang dalam, bahwa kesalahan yang dilakukan seseorang dalam satu momen bisa menimbulkan dampak yang besar dan merusak. Sementara itu, untuk memperlihatkan kebaikan melalui perbuatan, seringkali dibutuhkan waktu yang lebih lama dan kesabaran, sehingga kurang terlihat atau terabaikan.
Dalam konteks pemaafan, pepatah ini mengajarkan tentang pentingnya kesabaran dan tujuan utama. Jika ingin memaafkan seseorang, orang tersebut harus menempatkan diri dalam posisi orang lain dan dapat memperlihatkan pemahaman serta kebijaksanaan. Pemaafan bukanlah permintaan boleh atau tidaknya dilakukan, tetapi karena orang tersebut merasa terbebas dari penderitaan atau kesakitan yang orang tersebut timbulkan.
Namun, seorang yang ingin meminta maaf juga harus memahami bahwa pemaafan tidak selalu dapat diberikan dengan mudah atau segera. Orang tersebut memerlukan waktu untuk merenung, memproses dan melepas rasa sakit dan kesalahan yang pernah terjadi. Seiring waktu, kesabaran dan pemikiran positif, hubungan bisa membaik dan penerimanya membiarkan kepercayaan dibangun kembali, memberikan penstabilan dan kepercayaan diri yang lebih besar.