Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Menulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Kita Terus Berharap pada Manusia meskipun Kita Tahu Kita akan Kecewa?

9 Agustus 2024   18:00 Diperbarui: 9 Agustus 2024   18:04 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kecewa akibat harapan tidak terpenuhi (sumber: freepik.com)

Kita terus memperjuangkan harapan pada orang lain karena kita percaya pada kemampuan dan nilai-nilai mereka. Dalam banyak kasus, orang yang kita harapkan memiliki kualitas yang memenuhi harapan kita. Misalnya, kita mungkin berharap kepada teman dekat untuk menemani kita saat kita membutuhkan pasangan, atau berharap kepada pasangan untuk menunjukkan kepedulian dan dukungan terhadap kita ketika kita merasa terpuruk.

Kita juga seringkali berharap pada orang yang kita cintai seperti keluarga kita, pasangan, atau teman-teman kita karena kita percaya bahwa mereka memahami kita dan menginginkan yang terbaik untuk kita. Namun, kadang-kadang, harapan tidak selalu sesuai dengan kenyataan, dan itu bisa sangat mengecewakan.

Mungkin saja harapan kita pada orang lain tidak terpenuhi karena orang tersebut tidak mampu memenuhi harapan kita atau mereka memiliki prioritas yang berbeda. Namun, dalam beberapa kasus, kekecewaan kita bisa saja muncul karena harapan kita sebenarnya terlalu tinggi atau tidak realistis.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengelola harapan kita dan mempertimbangkan kemampuan dan keterbatasan orang lain. Kita harus mengenali bahwa tidak ada manusia yang sempurna dan setiap orang memiliki kekurangan masing-masing. Dengan melihat secara objektif, kita dapat mengelola harapan kita pada orang lain dan menghindari perasaan kecewa atau bahkan mengecewakan orang tersebut.

Kita juga harus ingat untuk selalu membangun hubungan yang sehat dan saling mendukung dengan orang lain yang memenuhi kebutuhan dan nilai-nilai kita. Sehingga, ketika harapan kita terpenuhi, kita dapat merayakan kesuksesan bersama dan ketika harapan kita tidak terwujud, kita masih bisa saling meresapi dan saling menopang dalam melalui kegagalan.

Ketika harapan kita tidak terpenuhi, tidak dapat dihindari bahwa kita akan merasakan kecewa dan kekecewaan. Tapi kita bisa mengelola perasaan tersebut agar tidak menimbulkan dampak negatif pada diri kita.

Kebanyakan dari kita cenderung mempertanyakan diri sendiri atau mengarahkan kekecewaan pada diri sendiri ketika harapan tidak terpenuhi. Namun, sebaiknya kita perlu memahami bahwa kekecewaan tersebut hanya bagian dari proses dalam mencapai tujuan akhir dan bukan berarti bahwa kita gagal dalam segala hal.

Selain itu, kita bisa merenung dan menganalisis kenapa harapan kita tidak terpenuhi dan mencari jalan untuk memperbaikinya. Ini bisa menjadi peluang untuk memperbaiki strategi atau menginspirasi kita untuk mencoba cara baru untuk mencapai tujuan tersebut.

Saat mengatasi kekecewaan, kita juga perlu memperkuat dukungan sosial. Memelihara hubungan yang positif dengan orang-orang terdekat dapat membantu kita tetap positif, terinspirasi, dan menerima nasib kita. Berbicara dengan seseorang yang kita percayai dapat membantu kita meredakan stres dan merasa lebih baik.

Kita harus mengenali bahwa tak ada yang sempurna, dan kegagalan merupakan bagian dari pengalaman belajar. Kita harus selalu siap menghadapi kemungkinan kegagalan, namun kita juga harus menghargai pencapaian kita dan merayakannya. Kita harus tetap positif dan optimis, dan percaya bahwa terdapat peluang dan jalan untuk meraih kesuksesan.

Harapan yang realistis dapat mempersiapkan kita akan kemungkinan kegagalan, dan juga dapat mengurangi respons emosional kita ketika harapan kita tidak terpenuhi. Ketika kita memiliki ekspektasi yang realistis pada orang lain atau situasi, kita lebih dapat menerima dan menghadapi segala kemungkinan hasil yang mungkin terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun