Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Menulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makmeugang: Sejarah Awal Mula Tradisi Bagi-bagi Daging di Aceh

15 Juni 2024   10:28 Diperbarui: 15 Juni 2024   11:08 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makmeugang, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Meugang, adalah tradisi bagi-bagi daging yang telah dipraktikkan oleh masyarakat Aceh sejak ratusan tahun lalu. Meskipun telah lama berjalan, tradisi Meugang tetap terjaga dan dilaksanakan hingga saat ini.

Sejarah awal mula tradisi Meugang di Aceh dimulai pada masa kejayaan Kerajaan Aceh di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda pada abad ke-17. Pada masa itu, para kerajaan di Nusantara, termasuk Aceh, merayakan hari-hari besar keagamaan umat Islam, seperti Ramadan, Idul Fitri, Idul Adha, dan lain-lain dengan berbagai upacara adat, termasuk pemotongan hewan untuk dijadikan hidangan bagi raja, pejabat istana, dan masyarakat yang ada di istana.

Namun, Sultan Iskandar Muda memiliki pemikiran yang berbeda, ia berkeinginan untuk memeriahkan hari-hari besar dengan cara memberikan hadiah bagi seluruh rakyat Aceh. 

Hadiah tersebut berupa daging yang dipotong dari hewan yang telah disembelih oleh pihak kerajaan. Dalam hal ini, Sultan Iskandar Muda tidak hanya memberikan daging bagi para bangsawan dan pejabat istana, tetapi juga bagi seluruh rakyat Aceh yang membutuhkannya.

Makmeugang, dalam Istilah Aceh

Makmeugang, istilah Aceh untuk tradisi membagikan daging, berasal dari kata "meugang" yang memiliki arti pemotongan hewan yang dilakukan secara bersama-sama atau beramai-ramai. 

Pada zaman dahulu, kegiatan Meugang dilakukan oleh seluruh kampung atau desa secara bergotong-royong dengan memanggil tenaga dari kampung lain untuk membantu.

Tradisi meugang di wilayah Aceh. (Sumber: Ruang Negeri)
Tradisi meugang di wilayah Aceh. (Sumber: Ruang Negeri)

Selain itu, ada juga beberapa kisah menarik yang terkait dengan tradisi Meugang di Aceh. Salah satunya adalah kisah tentang seorang perempuan Aceh bernama Cut Nyak Dhien. Cut Nyak Dhien adalah seorang pejuang Aceh yang terkenal dalam perang melawan penjajah Belanda pada abad ke-19.

Dalam salah satu kisahnya, Cut Nyak Dhien yang tengah berjuang dalam perang mengunjungi sebuah desa di Aceh yang sedang merayakan tradisi Meugang. Meskipun sedang berjuang dalam medan perang, Cut Nyak Dhien tidak lupa akan akar budayanya dan ikut serta dalam upacara Meugang bersama-sama dengan penduduk desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun