Mohon tunggu...
muhammaddaffaalfitrah
muhammaddaffaalfitrah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Sosiologi Universitas Brawijaya

Saya adalah Mahasiswa Program Studi Sosiologi Universitas Brawijaya yang ingin meningkatkan kemampuan menulis melalui kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengurai Kompleksitas Penaggulangan HIV/AIDS di Kota Malang, Perspektif Sosiologi Kesehatan

7 Desember 2024   12:00 Diperbarui: 7 Desember 2024   12:13 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

HIV/AIDS telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang kompleks di Kota Malang. Hingga Oktober 2023, tercatat 460 kasus baru, menambah total kasus menjadi 6.886 sejak 2005. Meski upaya penanggulangan telah dilakukan, tantangan stigma sosial dan ketimpangan akses layanan kesehatan terus menjadi penghalang utama dalam menangani penyakit ini (AP, 2023).

Kota Malang menjadi salah satu wilayah di Indonesia yang mencatat peningkatan signifikan dalam kasus HIV/AIDS. Sebagian besar pasien berasal dari kelompok usia produktif (21--24 tahun), yang rentan terhadap infeksi karena kurangnya edukasi tentang pencegahan dini dan akses layanan kesehatan. Angka ini mengkhawatirkan, mengingat kelompok usia ini seharusnya berkontribusi secara maksimal pada perekonomian (Nadlifuddin, 2024).

Perilaku berisiko seperti hubungan seksual tidak aman dan penggunaan narkoba suntik menjadi penyebab utama penyebaran virus ini. Selain itu, penularan secara vertikal dari ibu ke bayi juga masih menjadi ancaman serius bagi generasi mendatang. Meskipun pemerintah telah menyediakan tes HIV gratis di puskesmas dan rumah sakit, stigma sosial membuat banyak orang enggan memanfaatkan layanan tersebut (AP, 2023).

Stigma Sosial dan Dampaknya

Stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) seringkali dikaitkan dengan perilaku "amoral" seperti prostitusi atau penyalahgunaan narkoba. Persepsi ini menyebabkan ODHA mengalami diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari, termasuk pengucilan sosial bahkan dari keluarga. Stigma ini juga memengaruhi kesehatan psikologis ODHA, yang pada akhirnya memperburuk kondisi fisik mereka (Nadlifuddin, 2024).

Minimnya pemahaman masyarakat tentang cara penularan HIV menjadi salah satu faktor utama yang memperkuat stigma ini. Banyak yang masih percaya bahwa HIV dapat menular melalui kontak fisik biasa, seperti berjabat tangan atau berpelukan. Hal ini membuat masyarakat enggan berinteraksi dengan ODHA, memperdalam isolasi sosial yang mereka alami (Nadlifuddin, 2024).

Upaya Pemerintah

Untuk mengatasi peningkatan kasus HIV/AIDS, Pemerintah Kota Malang telah meluncurkan beberapa inisiatif, termasuk layanan tes HIV gratis dan pengobatan antiretroviral (ARV). ARV membantu menekan jumlah virus dalam tubuh ODHA hingga tingkat tidak terdeteksi, yang memungkinkan mereka hidup lebih sehat (Assidiq, 2023).

Selain itu, pemerintah juga mengadakan kampanye edukasi melalui media sosial, siaran radio, dan kegiatan seni seperti wayang cangkruk. Kampanye ini bertujuan mengubah pandangan masyarakat terhadap ODHA serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya deteksi dini (Nadlifuddin, 2024).

Namun, upaya ini masih menghadapi banyak kendala. Hambatan geografis dan ekonomi membuat layanan kesehatan sulit dijangkau oleh kelompok rentan, seperti pekerja seks komersial, waria, dan pengguna narkoba suntik. Pendekatan kampanye yang bersifat top-down---di mana masyarakat hanya menjadi objek sosialisasi---juga dinilai kurang efektif (Nadlifuddin, 2024).

Tantangan dalam Penanggulangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun