Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI) merupakan suatu bidang ilmu komputer yang berfokus untuk membuat sistem yang dapat meniru kecerdasan manusia. Sebuah mesin yang diberikan program AI cenderung memiliki pemikiran seperti manusia, seperti sikap pembelajaran dan juga pemecahan masalah. Dalam prosesnya, AI menggunakan algoritma untuk memungkinkan suatu mesin "belajar" berdasarkan data yang ada. Sehingga, pekerjaan yang dilakukan AI dapat dikerjakan dengan lebih cepat dan lebih efisien.
Perkembangan AI di Indonesia sendiri cukup pesat, walaupun Indonesia belum menjadi pemain utama dalam sektor penelitian dan pengembangan AI. Selama 5 tahun terakhir, AI mulai banyak digunakan untuk membantu banyak sekali aspek pekerjaan. Salah satunya adalah untuk membantu pekerjaan dalam bidang industri kreatif.
Dampak Baik AI pada Industri Kreatif
Ketika kita membicarakan AI dan industri kreatif, maka akan muncul satu pertanyaan yang hingga saat ini masih diperdebatkan oleh pelaku industri kreatif, yaitu "Apakah AI akan menggantikan peran manusia dalam industri kreatif?." Pada awalnya, banyak yang mengira bahwa pelaku industri kreatif akan menolak kehadiran AI karena takut bahwa perannya akan tergantikan oleh AI, terlebih lagi kecerdasan AI yang selalu diasah setiap waktunya sehingga memiliki kecerdasan yang semakin mirip dengan manusia.Â
Namun, survei terkini justru menunjukkan bahwa banyak pelaku industri kreatif yang menyambut baik penggunaan AI pada karyanya. AI dapat membantu para pelaku industri kreatif untuk melakukan pencarian gambar, penyuntingan singkat, personalisasi konten atau karya, dan tugas-tugas 'non-kreatif' lainnya. AI tidak membatasi karya dan kreativitas para pelaku industri kreatif, tapi justru memberikan jalan baru untuk lebih mengeksplorasi karya dalam bidangnya masing-masing.
Dampak Buruk AI pada Industri Kreatif
Meskipun begitu, penggunaan AI dalam industri kreatif juga memiliki dampak negatif yang masih harus dipertimbangkan. Salah satu hal yang masih diperdebatkan hingga saat ini adalah, sejauh mana peran AI diperbolehkan untuk membantu pembuatan suatu karya. Karena AI utamanya belajar dari data-data karya yang sebelumnya sudah ada, banyak yang mengkhawatirkan bahwa aspek kreatif yang dibantu oleh AI ini justru tidak memiliki sifat keunikan dan orisinalitasnya tersendiri. Selain itu, banyak pula yang mengkhawatirkan penggunaan AI ini dapat dieksploitasi pihak lain untuk hal-hal yang merugikan para pelaku industri kreatif.
Seperti tuntutan yang akhir-akhir ini dilayangkan oleh SAG-AFTRA, sebuah persekutuan yang merepresentasikan 160.000 aktor dan pelaku entertainment. Banyak dari mereka yang melakukan 'mogok kerja' setelah mengetahui rencana studio kreatif untuk menggunakan scan muka dan tubuh aktor, dan menggunakan AI untuk membuat seakan-akan aktor tersebut berakting pada proyek studio. Banyak aktor dan pelaku entertainment yang menolak rencana tersebut, dengan mempertimbangkan bahwa rencana studio kreatif ini terlalu bergantung pada AI demi sebuah kepentingan bisnis.
Kesimpulan
Penggunaan AI dalam industri kreatif memang sebuah hal yang harus dihadapi seiring perkembangan zaman. AI sendiri dapat membantu pelaku industri kreatif untuk membantu pekerjaan yang bersifat non-kreatif, seperti penyuntingan singkat dan personalisasi karya. Namun begitu, penggunaan AI dalam industri kreatif juga dapat merugikan bagi pelaku industri kreatif itu sendiri. Oleh karena itu, kita selaku pelaku industri kreatif harus pintar dalam menentukan batasan yang boleh dan yang tidak boleh disentuh dengan AI dalam pembuatan karya kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H