Mohon tunggu...
Muhammad Baran Ata Labala
Muhammad Baran Ata Labala Mohon Tunggu... -

Petualang Nusantara-Indonesia Tercinta.... Menulis adalah bekerja untuk keabadian (Pramudia Ananta Toer) www.catatan-hambamoe.blogspot.com www.labala-leworaja.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Karena Kafir Sudah Pasti Ke Neraka, Katanya

26 Desember 2016   23:31 Diperbarui: 26 Desember 2016   23:45 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika peluru sebijak sabda alam, kemanusiaan kan menyelimuti semesta. Senantiasa. Tapi siapa yang mau peduli? Kekuasaan terlanjur ada di genggaman. Dan peluru pun menjelma malaikat maut yang merenggut tanpa kompromi, Membawa pergi tanpa permisi...

Ketika mata tombak dan pedang semulia pesan suci kitab suci, Cinta kan abadi di sanubari. Selalu. Tapi siapa yang sudi hirau? Iming-iming syurga dan bidadari terlanjur membuat mabuk. Lalu mata tombak pun berubah beringas. Airmata tiada arti lagi, Darah dan nyawa seharga semur jengkol...

Hidup tak pernah sepi dari duka, kekasih. Lalu kita dengan akal bulus berdalih bahwa ini takdir. Kemanusiaan merosot hingga di bawah garis kebinatangan. Lalu kita beralibi, manusia adalah serigala bagi sesamanya. Bukan main...

Untuk semua yang kita klaim sebagai kebenaran, Selalu saja ada dalih untuk berdalil. Bahkan dalil pun sekadar dalih. Untuk memuluskan kepentingan, untuk meluluskan ego diri, ego kelompok, ego mazhab, ego agama dan tentusaja ego kebodohan yang selalu ingin dipamer-pamerkan tanpa rasa malu....

Lalu kita pura-pura abai Kepada keadilan yang timpang. Kita ingin dihargai tapi dengan menginjak-injak harga diri orang lain yang dianggap berbeda. Kita enteng menutup mata menulikan telinga Terhadap kedamaian yang terancam punah musnah karena ulah kita. Kita yang merasa di atas angin, kita yang merasa memiliki kekuatan super power dengan bilangan massa yang berjibun. Sekali hempas, niscaya kan rata dengan tanah.

Kita, yah kita. Kita yang Merasa memperoleh mandat Tuhan untuk membunuh siapapun yang kafir dengan logika yang keblinger; bahwa kafir sudah pasti penghuni neraka, maka darah para kafirin tak mengapa ditumpahkan. Edan tenan...

Kita, yah kita. Kita yang bahkan Tanpa sungkan berlagak menjadi Tuhan itu sendiri. Merasa  punya wewenang menghakimi lian dengan alasan yang paling konyol; Bahwa kau bukan aku, Bahwa kalian bukan kami, Bahwa mereka bukan kita. Oleh karena itu sah-sah saja kau, kalian, mereka yang berbeda dengan aku, kami, kita harus dienyahkan. Gila bener...

Tapi adakah kegilaan yang paling berbahaya selain dari kegilaan karena mabuk akan ilusi syurga dan bidadari yang entah dimana itu? Anda kafirin wal musyrikin? Maka bersiap-siaplah! Karena kafir sudah pasti ke neraka jahanam, kata mereka...

Silahkan anda para pembaca berspekulasi menjawab pertanyaan-pertanyaan sdi atas. Salam Damai Nusantara Tercinta. Jayalah selalu Indonesiaku. Sekian dan wassalam... (**)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun