Mohon tunggu...
Muhammad Bagus Ainun Najib
Muhammad Bagus Ainun Najib Mohon Tunggu... -

كن خير الناس وأنفعهم للناس "jadilah pribadi yang baik dan bermanfaat bagi semua yang membutuhkannya" sedang menempuh pendidikan di state islamic university maulana malik ibrahim . malang east java indonesia

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Biarkan Si Kecil Berekspresi

1 April 2015   02:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:42 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setiap orang yang hidup bersama bayi dapat mengetahui bahwasanya bayi dapat mengekspresikan perasaanya, meluapkan emosinya, karena pada hakikatnya bayi adalah makhluk emosional. Jika kita tilik sebagian bayi ada yang pemalu dan sebagian yang lain ada juga yang mudah bersosialisasi. Ada juga yang aktif dan ada juga yang pasif. Oleh karenanya dalam pembahasan ini kita akan membahas tentang sosioemosi bayi. Alangkah baiknya mugkin kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu emosi ?

Emosi adalah sebagai perasaan atau efek yang terjadi ketika seseorang berada dalam suatu kondisi atau sedang terlibat dalam interaksi yang penting baginya, khususnya terkait kesejahteraan. Dari kesimpulan ini, maka ketika sang bayi melihat sesuatu yang menarik, lucu maka ia akan menngeksikan emosinya dan tentu akan tersenyum dari apa yang ia lihat. Begitu juga ketika ia amenginginkan makan (umpamanya) maka dia akan menangis, merengek karena tereasa lapar. Emosi sendiri dibagi menjadi dua yaitu “

a.Emosi primer : emosi yang dimiliki manusia dan binatang serta muncul diawal kehidupan, contohnya rasa gembira, jijik, sedih,takut, dan marah.

b.Emosi sadar diri : emosi yang memerlukan kewaspadaan diri, terutama kesadaran dan rasa “ keakuan” contohnya cemburu, empati,dan malu.

Jika kita cermati kehidupan bayi, maka kita akan mengetahui bahwa bayi berusaha berkomunikasi bersama orang sekitar dengan cara mengekspresikan raut muka, dan rasa emosional mereka. Terkadang mereka menampakan wajah sedih, terkejut, gembira, dan takut, semua itu ia ungkapan tergantung apa yang ia lihat, apa yang ia rasakan, dan tergantung sebab masing-masing.

Tangisan dan senyuman yang bayi curahkan juga merupakan dua bentuk komunikasi pertamanya dan bentuk interaksi mereka terhadap orang sekitarnya. Maka tak mengherankan jika senyuman dan tangisan merupakan hal yang paling penting dalam memahami perasaan bayi. Dalam ilmu psikologi perkembangan, tangisan dan senyuman terbagi ke dalam beberapa macam. Tangisan sendiri dibagi menjadi tiga, diantaranya ialah :

a.Tangisan dasar (basic cry). Suatu proses berirama yang biasanya terdiri dari seuat tangisan , diikuti oleh diam sesaat, diteruskan dengan satu siulan kecil pendek dengan nada agak lebih tinggi dibandingkan dengan tangisan utama, kemudian diam singkat sebelum tangisan berikutnya. Beberapa ilmuan berpendapat bahwa ketika hal ini terjadi pada bayi ketika ia merasakan lapar, karena dalam hal ini bayi berusaha berinteraksi dengan orang tuanya bahwa ia membutuhkan makanan atau minuman sesegera, sehingga ia memulai tangisan dasar.

b.Tangisan kemarahan (anger cry) suatu variasi dalam tangisan dasar dengan lebih banyak dikeluarkan melalui tali suara.

c.Tangisan kesakitan (pain cry) suatu tangisan awal panjang dan tiba-tiba yang diikuti menahan nafas, tanpa rintihan atau erangan pendahuluan. Tangisan kesakitan dirangsang oleh stimulus berintensitas tinggi.

Bukan hanya tangisan saja yang mempunyai bagian, menurut para ahli senyumanpun terbagi kedalam beberapa macam. Menurut campos (2009) bahwa senyum berperan kritis sebagai alat mengembangkan ketrampilan sosial baru dan merupakan sinyal sosial yang sangat penting. Senyuman terbagi menjadi dua jenis :

a.Senyuman refleksi yaitu suatu senyuman yang tidak terjadi sebagai respons  terhadap stimuli eksternal dan muncul setelah satu bulan pertama setelah kelahiran, biasanya selama tidur.

b.Senyuman sosial yaitu suatu senyuman yang terjadi sebagai respons terhadap stimulus eksternal, biasanya terhadap wajah yang dilihat oleh bayi. Senyuman sosial sudah terjadi ketika bayi berusia 2 bulan.

Dari sebagian penjelasan tentang sosioemosi yang telah termaktub diatas, dapat kita simpulkan bahwa ketika bayi terkejut, sedih, takut, menangis bahkan tersenyum sesungguhnya ia sedang mencurahkan emosinya dari apa yang ia dengar dan lihat, ia juga berusaha berinterksi dan berusaha memahamkan orang sekitar dengan perasasaan-perasaan tersebut. Oleh karenanya ketika bayi merasa sedih, menangis, tersenyum dan sebagainya, maka jangan kita biarkan dan abaikan, hendaknya kita memahami serta merespon ungkapan yang diluapkan olehnya, karena itu adalah komukasi pertama yang ia lakukan, sehingga dengan adanya respon dari kita, si kecil akan selalu aktif  dan tentu akan menjadi kunci utama yang sangat penting agar ia dapat berkomunikasi dan bersosialisasi secara baik ketika ia tumbuh dewasa nanti.

Sumber : disunting dari buku “life span development” karya john w. santrock.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun