Mohon tunggu...
Muhammmad Bagus Putra Satria
Muhammmad Bagus Putra Satria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PPG Prajabatan Tahun 2024 Universitas Negeri Jakarta

Menyukai hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Berdiferensiasi

30 September 2024   19:24 Diperbarui: 30 September 2024   20:37 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi

Kesiapan belajar, minat belajar, dan gaya belajar anak yang berbeda merupakan latar belakang dari adanya pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi dapat diartikan sebagai sebuah metode pengajaran yang dilakukan oleh guru untuk memenuhi kemampuan dan kebutuhan murid yang berbeda-beda. Pembelajaran berdiferensiasi juga berkesinambungan dengan pembelajaran sosial emosional. Siswa harus dibekali dengan pengelolaan hati yang baik, contohnya seorang guru dapat menasihati sekaligus memberi dukungan emosional kepada murid yang mengalami suatu permasalahan yang dia alami sebelumnya seperti kelelahan akibat bermain bola agar tidak lupa kepada prioritas utama seorang siswa, yaitu belajar dengan cara mengelola dirinya.

Dalam pembelajaran berdiferensiasi juga terdapat metode "pemetaan kesiapan belajar". Guru membuat sudut-sudut minat tempat dimana peserta didik memahami suatu konsep dan mendapatkan keterampilan yang sama dengan lainnya tetapi disesuaikan dengan minatnya masing-masing. Selain itu pendidik menyesuaikan dengan level kemampuan mereka dan mengeksplorasi sub materi sesuai minat-minat masing-masing walau materi sama tapi pertanyaan berbeda.

Pembelajaran berdiferensiasi memiliki teknik scaffolding yang dapat membantu keberhasilan dari pembelajaran berdiferensiasi. Metode pembelajaran scaffolding merupakan metode pembelajaran yang bertujuan untuk mendukung kegiatan pembelajaran siswa secara terstruktur. Bentuk dukungan belajar yang diberikan gurunya dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, penguaraian masalah ke dalam langkah-langkah pembelajaran, serta memberikan contoh sesuai dengan kemampuan siswa. Dengan begitu, mereka bisa belajar secara mandiri dan potensi yang dimilikinya akan semakin berkembang.

Ciri-Ciri Pembelajaran Berdiferensiasi

Menurut Tomlinson (2001) ciri-ciri pembelajaran berdiferensias dibagi atas 4 ciri, yaitu:

  • Pembelajaran berfokus pada konsep dan prinsip pokok

Harus berfokus pada kompetensi dasar pembelajaran. Pembelajaran berdiferensiasi menempatkan kebutuhan, minat, dan gaya belajar siswa sebagai pusat dari proses pembelajaran.

  • Evaluasi kesiapan dan perkembangan belajar siswa diakomodasi ke dalam kurikulum

Di sini perlu adanya pemetaan kebutuhan siswa kemudian dimasukan kedalam strategi pembelajaran. Guru menggunakan berbagai metode, strategi, dan bahan ajar untuk mencapai tujuan pembelajaran

  • Pengelompokan siswa dilakukan secara fleksibel

Siswa dikelompokkan berdasarkan kebutuhan atau minat mereka, dan pengelompokan ini bisa berubah sesuai dengan kegiatan atau tujuan pembelajaran. Misalnya, bisa secara mandiri, berkelompok berdasarkan tingkat kecerdasan, berkelompok berdasarkan modalitas belajar, dll.

  • Siswa secara aktif bereksplorasi dibawah bimbingan dan arahan guru

Pembelajaran berdiferensiasi ini berpusat kepada siswa, guru dapat memodifikasi konten (materi pelajaran), proses (cara belajar), produk (hasil belajar), dan lingkungan belajar untuk memenuhi kebutuhan siswa.

Hal-Hal yang perlu dilakukan untuk menyiapkan Pembelajaran Berdiferensiasi

Berikut ini adalah Hal-Hal yang perlu dilakukan untuk menyiapkan Pembelajaran Berdiferensiasi, yaitu

1. Mengklasifikasi materi

2. Mendiagnosa kesiapan siswa

3. Mendesain pembelajaran yang bervariasi berdasarkan tingkat kesiapan, minat dan profil belajar siswa

a. Kesiapan belajar siswa (readiness)

Kesiapan belajar adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang dipersiapkan dengan mempertimbangkan tingkat kesiapan siswa tersebut akan membawa mereka keluar dari zona nyamannya, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut. Beberapa cara untuk mengetahui kesiapan siswa antara lain dengan pra-asesmen, checklist, brainstorming, mindmap, exit card dan sebagainya. Beberapa cara untuk mengetahui kesiapan siswa antara lain pertimbangkan, yaitu Pengetahuan sebelumnya, pengalaman sebelumnya, keterampilan yang dimiliki saat ini, pengembangan keterampilan belajar dan kebiasaan kerja.

Contoh:

Ibu Dita akan mengajar pelajaran IPS. Tujuan pembelajaran yang ia tetapkan adalah: Peserta didik mampu menjelaskan realitas kehidupan manusia dalam aspek sosial, budaya, dan ekonomi dengan melihat keterkaitannya dalam ruang dan waktu. Ia kemudian membuat pemetaan kebutuhan belajar dan memberikan penugasan seperti di bawah ini:

Tahap Kesiapan Belajar

a) Beberapa peserta didik telah memahami konsep realitas kehidupan manusia dalam aspek sosial, budaya, ekonomi; dapat mengaitkan dalam ruang dan waktu.

b) Beberapa peserta didik telah memahami realitas kehidupan manusia dalam aspek sosial, budaya, ekonomi; belum lancar dalam mengaitkan dalam ruang dan waktu.

c) Beberapa peserta didik belum memahami konsep realitas kehidupan manusia dalam aspek sosial, budaya, ekonomi dengan melihat keterkaitannya dengan ruang dan waktu.

Tugas

a) Peserta didik diminta mengerjakan soal-soal tantangan tentang konsep keterkaitan ruang dan waktu dalam realitas kehidupan sehari-hari pada bidang sosial, budaya, dan ekonomi. Peserta didik akan diminta untuk bekerja secara mandiri dan saling memeriksa pekerjaan masing-masing.

b) Peserta didik mengerjakan soal tentang keterkaitan ruang dan waktu dalam realitas kehidupan sehari-hari pada bisang sosial, budaya, ekonomi. Jika mengalami kesulitan, guru akan sesekali datang ke kelompok ini untuk memastikan tidak ada miskonsepsi.

c) Peserta didik akan mendapatkan pembelajaran eksplisit tentang keterkaitan ruang dan waktu dalam realitas kehidupan sehari-hari pada bisang sosial, budaya, ekonomi. Guru akan memberikan scaffolding yang lebih banyak dalam proses ini.

b. Minat Siswa

Guru dapat membuat pembelajaran yang menarik dan bermanfaat dengan mengetahui minat siswa mereka. Salah satu motivasi penting bagi siswa untuk "terlibat aktif" dalam proses pembelajaran adalah minat. Pengakuan minat siswa dapat meningkatkan keinginan mereka untuk belajar. Ketika konsep baru dan informasi baru terhubung dengan apa yang sudah mereka ketahui, terjadi pembelajaran yang bermakna. Sepanjang tahun, siswa akan menunjukkan minat mereka pada berbagai topik. Ada siswa yang sangat tertarik dengan komputer dan teknologi, olahraga, seni, matematika, sains, drama, memasak, dan bidang lainnya.

Beberapa cara untuk mengetahui minat siswa antara lain dengan cara sharing/lingkaran komunitas, exit cards, perkenalan dengan partner, mengajukan pertanyaan, demonstrasi, dan meminta siswa menghubungkan minatnya dengan topik pelajaran.

Contoh:

Ibu Susi ingin mengajarkan siswa-siswanya keterampilan dalam mengumpulkan data dan menganalisis informasi mengenai fenomena sosial, budaya, dan ekonomi disekitar mereka. Ia kemudian mencatat dan menemukan bahwa di kelasnya ada:

a) 5 orang siswa yang sangat menyukai design visual;

b) 7 orang yang menyukai hal-hal yang berkaitan dengan perekaman audio;

c) 4 orang senang tampil didepan kamera dan;2 orang lagi lebih senang menuangkan dalam tulisan.

Setelah selesai mendiskusikan tentang apa dan bagaimana produk akan dibuat, Bu Susi lalu meminta siswa berlatih membuat sendiri projek tersebut. Setiap siswa diperbolehkan untuk menuangkan hasil temuannya sesuai dengan minat mereka tersebut. Ada siswa yang memilih untuk menciptakan poduk berupa podcast, ada yang berupa video interaktif, poster, dan sebagainya. Semua hasil dari projek yang mereka kerjakan harus sesuai dengan ketentuan materi yang sudah disebutkan oleh Ibu Susi sebelumnya.

c. Profil Belajar Siswa

Profil belajar adalah daftar preferensi siswa untuk memproses data. Profil belajar terdiri dari preferensi modalitas. Preferensi modalitas dalam belajar adalah bagaimana siswa memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru. Preferensi modelitas ini terdiri dari visual, auditory, dan kinestetik.

Preferensi Multiple intelligences atau kecerdasan majemuk, dicetuskan dan dikembangkan oleh Howard Gardner (1993), ia mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam- macam dan dalam situasi yang nyata. Berdasarkan pemahaman ini, dapat dipahami bahwa intelegensi bukanlah kemampuan seseorang untuk menjawab soal tes IQ dalam ruang yang tertutup dan tetap fokus pada soal itu tanpa mengganggu lingkungan eksternal, tetapi kemampuan seseorang untuk memecah masalah yang nyata dan dalam berbagai situasi.

Preferensi lingkungan, dan belajar lainnya yang dapat dipengaruhi oleh budaya atau gender. Sangat penting bahwa siswa tidak "dilabeli" berdasarkan preferensinya dan dikelompokkan hanya berdasarkan preferensinya selama periode waktu tertentu.

Contoh:

a) Dalam profil siswa dengan preferensi modalitas, dapat diambil contoh ketika mempelajari topik "Keragaman Budaya di Indonesia," Pak Ehsan menyediakan peta, infografis, dan diagram yang menunjukkan keragaman suku, tarian, pakaian adat, dan rumah tradisional dari berbagai daerah. Siswa yang memiliki gaya belajar visual akan lebih mudah memahami materi melalui gambar dan representasi visual tersebut. Lalu siswa diminta membuat peta konsep atau poster yang menggambarkan keragaman budaya Indonesia berdasarkan informasi yang telah dipelajari.

b) Ketika Bu Azizah membahas "Perubahan Sosial dalam Masyarakat," Bu Azizah memutar podcast atau audio wawancara dengan tokoh masyarakat yang membahas perubahan sosial yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dengan gaya belajar auditori akan lebih memahami konsep melalui penjelasan verbal. Lalu siswa dapat berdiskusi dalam kelompok dan mempresentasikan hasil diskusi mereka kepada teman-teman kelas, atau mendengarkan cerita sejarah dari guru sebelum berdiskusi tentang dampaknya.

c) Pada pembelajaran tentang "Interaksi Sosial dalam Masyarakat," Pak Jamal mengadakan permainan peran (role-playing) di mana siswa memainkan berbagai peran dalam masyarakat, seperti pedagang, konsumen, atau aparat pemerintah. Sehingga siswa dengan gaya belajar kinestetik akan memahami konsep interaksi sosial melalui pengalaman langsung. Lalu siswa diminta membuat miniatur rumah adat, mempraktikkan tarian daerah, atau membuat simulasi perdagangan tradisional dan modern untuk memahami konsep interaksi ekonomi.

Penulis:

1. Muhammad Bagus Putra Satria

2. Natasya Nur Fillaili

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun