Muhammad Azwardi Irpan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Maritim Raja Ali Haji
Pandemi COVID-19 hampir memasuki tahun kedua di Indonesia. COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) pada awalnya ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini sangat cepat menyebar ke berbagai negara terutama di negara tercinta kita ini, Republik Indonesia. Bulan Maret menjadi awal mula COVID-19 memasuki Indonesia. Sejak saat itu, pemerintah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) atas aktivitas masyarakat, baik aktivitas ekonomi, sosial ataupun pendidikan.
Pandemi COVID-19 menjadi tantangan tersendiri dalam dunia pendidikan. Pada awalnya, proses pembelajaran dilakukan secara tatap muka dan pembelajaran daring hanya dilakukan oleh beberapa lembaga kursus atau pendidikan tinggi khusus baik dari dalam maupun luar negeri. Akibat dari bencana pandemi COVID-19 ini, mau tidak mau proses pembelajaran dilakukan secara jakak jauh untuk di semua jenjang pendidikan yaitu dengan memanfaatkan jaringan internet, teknologi dan informasi dan komunikasi (TIK). Hal ini menjadi masalah baru karena berubahnya kebiasaan dan kebudayaan pembelajaran yang diterapkan.
Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang tidak dilaksanakan melalui tatap muka melainkan secara online dengan menggunakan berbagai platform seperti Google Meeting, Google Classroom, Zoom Meeting, Edmodo, dan lain-lain. Pembelajaran daring ini diterapkan disegala jenjang pendidikan, mulai dari SD, SMP, SMA, sampai perguruan tinggi.Â
Surat Edaran Mendikbud nomor 4 tahun 2020 menyatakan bahwa dalam mempertimbangkan kesehatan lahir dan batin siswa, guru, kepada sekolah dan seluruh warga sekolah di masa pandemi COVID-19 ini, maka proses pembelajaran dilaksanakan secara virtual di rumah dengan beberapa ketentuan.Â
Penerapan pembelajaran daring adalah cara yang tepat demi keberlangsungan pendidikan kita pada masa pandemi COVID-19 ini. Keterlibatan siswa, guru, pihak sekolah dan orang tua menjadi faktor penentu akan keberhasilan pembelajaran daring. Hal ini juga berlaku untuk perguruan tinggi.
Pembelajaran daring memiliki kelebihan dalam kefleksibelitasan waktu dan tempat karena kita bisa belajar di mana saja dan kapan saja.Â
Selama perangkat dan jaringan internet yang cukup maka pembelajaran dapat menyesuaikan dengan kebutuhan waktu. Waktu pembelajaran juga lebih singkat daripada kuliah luring.Â
Kita tidak perlu mempermasalahkan dengan biaya transportasi dan tempat tinggal karena dengan hanya bermodalkan kuota data internet, kita dapat mengakses berbagai materi pembelajaran tanpa perlu khawatir ketinggalan pelajaran yang sudah berlalu.Â
Hal ini juga didukung dengan banyaknya aplikasi dalam melaksanakan pembelajaran daring agar kita bisa selalu interaktif, seperti Zoom Meeting, Google Meeting, Google Classroom, Whatsapp Group, dan lain-lain.
Namun demikian, pembelajaran daring tidak sepenuhnya dapat dikatakan efektif dan efisien. Pembelajaran daring sangat tergantung dengan koneksi jaringan internet.Â
Koneksi jaringan internet menjadi salah satu kendala yang sering dihadapi kita apalagi bagi kita yang tempat tinggalnya sulit untuk mengakses internet, seperti di daerah pedesaan terpencil dan terbelakang. Walaupun ada, koneksi jaringan internet tekadang bisa tidak stabil.Â
Dengan demikian, penympaian materi yang diberikan oleh pendidik kurang terdengar jelas. Hal ini membuat pelaksanaan pembelajaran daring kurang optimal.
Berkaitan dengan jaringan tidak terlepas dengan kuota data internet. Kuota data internet sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran daring ini karena semua serba online. Walaupun pemerintah sudah memberikan kuota gratis, namun masih terdapat sebagian orang yang tidak menerima bantuan kuota tersebut.Â
Untuk masyarakat dengan perekonomian ke atas tidak akan merasakan masalah kuota, sedangkan masyarakat yang perekenomian ke bawah akan susah menyeimbangkan kebutuhan primer dengan kebutuhan sekunder.
Pelajar dan mahasiswa juga memiliki dilema tersendiri baik dari segi fasilitas yang kurang memadai dan kurangnya pemahaman materi yang dipelajari.Â
Mahasiswa rata-rata sudah memiliki perangkat yang cukup untuk mengikuti pembelajaran kuliah daring, namun bagi pelajar yang masih berbagi handphone dengan keluarga akan mengalami kesulitan. Bagi mahasiswa yang perlu bimbingan dosen akan mengalami kendala karena keterbatasan jarak dan pada akhirnya tujuan untuk mendapatkan waktu kelulusan yang tepat tidak akan terpenuhi.
Tidak hanya pelajar dan mahasiswa, guru dan orangtua juga mengalami kesulitan dalam membimbing dan mendampingi anaknya. Banyak dari orangtua yang merasa kewalahan dalam mendampingi anaknya apalagi bagi orangtua yang memiliki pendidikan yang rendah dan kurangnya memahami teknologi.
Guru akan sulit dalam mengukur tingkat keberhasilan tujuan pembelajaran karena guru tidak bisa melihat secara langsung apakah pelajar itu benar-benar memahami materi yang diberikan.Â
Kurangnya interaksi antara guru dan murid juga menyebabkan sulitnya menamkan nilai-nilai karakter yang semestinya diberikan kepada siswa. Tugas guru tidak hanya memberikan ilmu, tetapi  juga membentuk karakter.Â
Di balik dilema-dilema tersebut, kita harus tetap semangat, patuh dan mendukung pembelajaran daring ini. Pembelajaran menjadi pengalaman baru bagi setiap orang agar bisa lebih berorientasi ke masa depan. Sebagai penulis, saya berharap Indonesia kembali pulih dan terbebas dari COVID-19 ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H