"Barokah" adalah salah satu istilah yang sering digunakan oleh santri pondok pesantren di Indonesia. Biasanya para santri ini menyebutnya digandengkan dengan kata "nggolek", jika digabungkan keduanya menjadi satu kalimat yaitu "nggolek barokah" yang berarti kalau dibahasakan Indonesia yaitu "mencari berkah". Berkah berasal dari bahasa Arab: Barokah ((, artinya nikmat. Istilah lain berkah dalam bahasa Arab adalah mubarak dan tabaruk. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berkah adalah "karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia". Sedangkan menurut istilah, berkah (barokah) artinya Ziyadatul khair, yakni "bertambahnya kebaikan".
     Maka dari itu "nggolek barokah" ini sangat penting untuk kita lestarikan dalam implementasi kegiatan pendidikan dan pembelajaran di pondok pesantren dan masyarakat sekitar. Contohnya adalah salah satu santri di suatu pondok pesantren Al-Munawwir Gringsing. Sebut saja "kang adang". Dia adalah salah satu santri yang sedang mengemban ilmu di pondok itu. Pada umumnya mengemban ilmu ini hanya saja mencari ilmu maupun pengetahuan dan mempelajarinya. Namun hal ini lain oleh "kang adang" tadi. Ia di pondok pesantren selain belajar juga memiliki kegiatan lain, seperti mengurusi santri, membantu apa pun pekerjaan pondok, bersih-bersih, dan memasak nasi(adang dalam bahasa Jawanya).
     Sebut saja namanya Shoim, ia memiliki kepribadian yang unik. Dalam mengurus santri ia bisa menempatkan dan melayani santri dengan bijak. Kadang iya juga menegur, kadang juga bercanda " Nyeneni ono ing nggonne, guyon ono ing wektune" menurut saya begitu. Contohnya di saat akan melaksanakan salat berjamaah ia "mengoprak-oprak" dengan tegas. Namun di lain waktu juga kembali guyonan. Tidak hanya dalam konteks mengurus santri, ia juga punya kegiatan berupa "adang" atau memasak nasi. Ia dengan tabah dan istikamah menjalankannya. Siang, sore, dan malam "kang adang" selalu berjuang untuk meladeni atau melayani santri makan. Kontribusinya pada pondok pesantren sangatlah besar. Mungkin ini bisa disebut pejuang tanpa tanda jasa. Tenaganya dikuras, waktunya dihempas untuk belajar atau ngaji dan juga melayani orang-orang lain dengan santun dan ikhlas.
     Semua yang di lakukan oleh Shoim tadi, adalah bentuk dari aktualisasi "nggolek barokah". Perbuatannya bisa dijadikan contoh dan selaras juga dengan dawuh yang pernah disampaikan oleh beliau K.H Sholichin Syihab(pengasuh pondok pesantren Al-Munawwir Gringsing). Dawuh beliau yaitu "tujuh puluh persen ilmu bisa bermanfaat atau barokah karena ber-khidmah kepada siapa pun". Itu artinya bagi setiap seseorang yang sedang mencari ilmu di anjurkan untuk mengabdi ataupun membantu dalam kebaikan kepada orang lain walaupun sekecil apa pun itu. Mungkin cerita ini bisa menjadi refleksi dan motivasi bagi kita semua khususnya para pelajar untuk bisa memberikan kontribusi yang bermanfaat kepada orang lain. Sekecil apa pun itu bantuan dari orang lain perlu kita berikan apresiasi dalam kehidupan ini.
DAFTAR PUSTAKA
MR Luthfi, Rifyal. (2019). https://www.iaitasik.ac.id/sanggupkah-kampus-islami-bermanajemenbarokah/#:~:text=Sedangkan%20menurut%20istilah%2C%20berkah%20(barokah,%2C%20harta%2C%20anak%20dan%20usia. [diakses pada tanggal 5 November 2024].
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI