Mohon tunggu...
Muhammad Aziz Rizaldi
Muhammad Aziz Rizaldi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pengangguran

Berusaha dan terus bergerak untuk berdampak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tokoh Utama yang Menyimpang dari Jalur Norma Sosial dalam Bahrul Ulum

30 Mei 2022   10:12 Diperbarui: 30 Mei 2022   10:27 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Novel merupakan salah satu karya sastra yang dihasilkan melalui berbagai proses imajinasi pengarang. Proses imajinasi ini yang menjadikan sebuah novel menjadi lebih bergairah ketika dibaca. Pengaranglah yang mampu menghadirkan berbagai persoalan rumit di kehidupan sekitarnya dengan bahasa-bahasa yang indah. Persoalan rumit ini yang kerap kali menjadikan pembaca lebih betah berlama-lama berdua bersama novel. Yang menariknya lagi adalah kerumitan persoalan sosial ini kerap kali diulas dengan sederhana dalam guratan-guratan yang indah. 

Seperti yang saya tangkap dalam Bahrul Ulum melalui karya yang berupa novel dengan judul Puan Para Anjing (Pohon Tua Pustaka: 2021). Novel tersebut ditulis dengan gaya bahasa yang tidak terlalu rumit sehingga pembaca dapat membaca secara mengalir. Novel tersebut terdiri dari 124 halaman. Sebuah novel singkat nan ringan untuk dibaca oleh pemula. Bahrul Ulum menyajikan konflik ceritanya secara singkat namun cukup mengena. Penyelesaian konfliknya pun tidak membuat pembaca bingung. Alur ceritanya mengalir seperti air tanpa adanya konflik di dalam konflik.

Bahrul Ulum membebani tokoh utama sebagai pemberi bumbu dalam novelnya. Seperti kebanyakan cerita yang ditulis oleh pengarang lainnya. Tokoh utama menjadi pusat dalam ceritanya. Bahrul Ulum memberi panggung yang cukup leluasa kepada tokoh utama. Melalui novel berjudul Puan Para Anjing,  Bahrul Ulum mengungkapkan realita sosial yang jarang sekali dilihat oleh kacamata orang awam. Beliau mencoba melihat kehidupan mahasiswa yang cukup membuat hati teriris. Karena memang pengarang membahas sisi gelap kehidupan kampus yang jarang terlihat oleh orang secara gamblang.

Melalui Sarah, Bahrul Ulum menyajikan penyimpangan sosial yang terjadi di kalangan remaja terutama di lingkungan kampus. Sarah merupakan tokoh utama yang diberi gerak leluasa dalam novel berjudul Para Puan Anjing. Sarah ini dikisahkan sebagai penyintas kehidupan gelap di kampus. Sarah merupakan mahasiswa kurang mampu dalam materi. Kisah kehidupannya begitu menyedihkan karena Sarah ini sampai menjual tubuhnya untuk kenikmatan orang lain. Sarah bekerja sebagai pelacur yang dibawahi oleh mucikari bernama Mas Rusli.

Sarah yang terkenal alim di kampus sangat berbeda ketika di luar kampus. Sebuah kejadian yang sangat ironis. Seorang yang terkenal alim justru dipaksa menjual moleknya tubuh oleh keadaan. Yang lebih memilukan lagi pekerjaan ini didukung oleh pacarnya, yaitu Arga. Seorang lelaki brengsek yang memaksa Sarah mencari pacar baru yang kaya untuk diperas uangnya. Lingkungan sosial yang membelenggu Sarah sangat tidak sehat sekali. Karena dia menjadi korban kekerasan psikologis.

Kisah tersebut begitu sangat menarik untuk diulik. Cerita yang dialami oleh Sarah kerap saya dengar secara sekilas melalui teman-teman yang memang pernah berkecimpung di dunia gelap. Berikut cuplikan cerpen Puan Para Anjing karya Bahrul Ulum:

"Di jalan aku sempat membayangkan bagaimana wajah pacar baru Sarah kelak kalau tahu Sarah ini seorang pelacur, bahkan sudah ciblek premium. Sarah memang aku suruh untuk cari pacar, kalau bisa yang kaya. Agar dia bisa hidup enak tanpa harus terikat rumah tangga. (halaman 15).

Pada cuplikan di atas menceritakan keironisan yang diulik di atas. Seorang laki-laki brengsek bernama Arga yang membiarkan pacarnya melacur dan mencari pacar baru yang kaya agar bisa hidup enak. Hal tersebut membuat daya tarik tulisan Bahrul Ulum yang menyingkap tabir kehidupan sisi gelap di kampus. Bahrul Ulum berusaha membawa realita sosial yang memang sangat negatif dalam karyanya. Kehidupan Sarah yang sangat ironi ditambah lagi dengan pacarnya yang sangat merugikan dirinya.

Dari novel Bahrul Ulum juga menyindir orang-orang yang munafik. Mereka yang notabenenya agamis dengan bersorban. Justru mereka menyewa pelacur untuk memuaskan nafsu duniawinya. Begitu ironis sekali memang novel tersebut. Sarah sangat menggambarkan hati Bahrul Ulum yang merasa ironis dengan kehidupan orang zaman sekarang. Seorang yang pantas dianggap sebagai pemuka agama malah melecehkan agama itu sendiri. Berikut cuplikannya:

"Apa aku dikerjai? Apa-apaan ini. Mereka lebih pantas disebut pemuka agama daripada seorang tamu. Mereka berpakaian gamis bahkan ada yang mengenakan sorban. Tiga orang alim memesan ciblek? Aku hanya mematung menghadap mereka. (halaman 24).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun