Mohon tunggu...
Muhammad Aziz Rizaldi
Muhammad Aziz Rizaldi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pengangguran

Berusaha dan terus bergerak untuk berdampak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kambing Kemiskinan

3 Maret 2022   21:11 Diperbarui: 3 Maret 2022   21:20 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Burung bangau kembali ke pohon pengaduannya. Ayam-ayam sudah dikandangkan disusul dengan Toa masjid yang memanggil umat-Nya untuk segera mengikuti solat berjamaah. Bersamaan dengan itu tiba-tiba ada tamu yang menotok-notok pintu gubuk mereka.

"Selamat Siang, Pak. Kami dari KUD Sukamaju. Karena Bapak tak bisa membayar cicilan dan sudah jatuh tempo maka rumah Bapak terpaksa kami sita. Silahkan tanda tangan di sini, Pak" Seorang berpakaian sangat rapi datang ke gubuk itu. Mungkin dia atasan kedua plecit yang tadi. Dengan gaya yang sangat bijaksana tapi sebenarnya mereka merampas hak hidup masyarakat kecil.

"Loh, kok bisa kaya kue aturan sekang ndi?" Sangkal Bapa Suradi mempertahankan rumahnya. Mempertahankan sejarah dalam rumah itu dan yang paling utama menjalankan keinginan terakhir Bapaknya kalau jangan sampai rumah atau tanah itu dijual atau hilang di tangan orang-orang seperti itu.

"Tapi, diperjanjian awal sebelum Bapak menyetujui sudah dijelaskan pasal itu dan waktu itu Bapak setuju. Maka ini konsekuensinya." Perjelas pria rapi itu.

"Oooiya, ora bisa kaya kue carane. Kue nekek jenenge, nekek aku, nekek wong cilik!" Jawab Pak Suradi sambil perlahan menghilang dari hadapan orang berseragam itu. Dan tak diduga-duga sebelumnya ternyata ia mengambil arit dan nyaris menebas leher orang itu. Untung masih ada Yu Jum yang berusaha melerai percekcokan itu namun tanganyalah yang menjadi korban dan kena tebas lalu jatuh tersungkur ke tanah. Kedua orang itu pergi ketakutan. Tak mau menolong. Akhirnya Pak Suradi sadar bahwa yang dilakukan salah dan ia langsung minta bantuan ke tetangganya untuk membawa istrinya ke Rumah Sakit.

Setelah sampai di Rumah Sakit Harapan Jaya ia langsung bergegas menggotong istrinya ke ruang IGD. Setelah mendapat kasur Pak Suradi disuruh menuju loket pendaftaran dan mengurus administrasi.

"Apa kue administrasi?" Tanya Pak Suradi sembari menangis ke suster yang tengah menangani istrinya.

"Intinya Bapak mengurus semua persyaratan pasien ini, seperti KTP, KK, dan BPJS" perintah sang suster kepada Pak Suradi.

"Aku ora ngerti pasal kaya kuean. Aku lahir ora due KK, ora nggawe KTP, apa maning BPJS." Jawab Pak Suradi Jujur dan butiran air yang tercucuran di mata yang mengalir deras membasahi pipinya.

"Ya, sudah langsung ke loket pendaftaran saja, Pak" Sang Suster menunjukan loket pendaftaran itu.

Pa Suradi bersama istrinya yang terkapar langsung dibawa ke loket. Sesampainya di loket pendaftaran ia bertanya pada petugas di situ. Tak pernah ia masuk ke rumah sakit. Apa lagi kalau disuruh mengurusi beginian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun