Hari itu suasana sekolah kami sedang berkabung. Kami bertujuh berencana takziah ke Kebumen untuk mengunjungi rumah orang tua salah satu teman kerja yang baru saja meninggal dunia. Dengan mobil yang pas untuk tujuh orang, kami siap berangkat. Namun, datanglah Pak Zul yang tampaknya belum tahu kondisi mobil kami.
"Ikut ya, Pak," katanya sambil membawa tas.
Aku buru-buru menjawab, "Maaf, Pak Zul, mobilnya penuh. Tapi bisa ikut rombongan ibu-ibu di mobil belakang."
Dengan sedikit kecewa, Pak Zul beranjak menuju mobil lain, yang penuh rombongan ibu-ibu.
Di perjalanan, suasana mobil kami yang awalnya tenang mulai ramai oleh canda. Tiba-tiba aku berkata, "Eh, kalian tahu nggak, di mobil rombongan ibu-ibu itu ada satu orang yang nggak berbadan hukum, lho!"
Semua langsung menoleh heran. Pak Su yang duduk di depan tertawa duluan, "Hahahaha, jelas banget itu!"
Pak Kar, yang paling penasaran, bertanya, "Apa sih maksudnya, Pak? Jelasin dong, nggak nyambung!"
Pak Su mencoba menjelaskan sambil menahan tawa, "Coba deh pikir, badan hukum... kasih penekanan di huruf 'B' sama 'H'."
Pak Kar tetap kebingungan, "Badan hukum? Apa hubungannya sama Pak Zul?"
Aku tertawa sambil menjawab, "Nanti aja, pas turun, kamu tanya Pak Zul langsung. Siapa yang nggak pakai 'badan hukum' di rombongan ibu-ibu itu."