Tayangan Shorts yang menarik dari akun channel Katatalkinc (2023) membahas tentang 'Budaya Tulis Tangan bisa Meningkatkan Kemampuan Berpikir' sangat relevan dalam era digital ini. Seorang narasumber dalam podcast tersebut menjelaskan bahwa menulis tangan melibatkan syaraf-syaraf yang berbeda, memaksa otak untuk bekerja lebih keras, yang tidak terjadi saat mengetik di perangkat digital.
Namun, mudahnya akses internet melalui perangkat digital telah menyebabkan penurunan aktivitas mencatat di buku tulis. Dampaknya terlihat pada penurunan kualitas tulisan siswa yang cenderung tidak teratur, kurang estetis, dan terkesan dilakukan secara asal.
Di era 1990-an dan sebelumnya, keterbatasan teknologi menegaskan pentingnya mencatat di buku dengan penuh perhatian dan ketelitian. Namun, dengan kemajuan teknologi saat ini, mencatat bukanlah satu-satunya opsi yang tersedia, terutama bagi generasi Z, yang cenderung lebih memilih mengetik menggunakan perangkat digital karena dianggap lebih praktis daripada menulis tangan secara tradisional.Â
Dilansir pada laman PSKP Kemdikbud (2021) Diyan Nur Rakhmah menjelaskan Generasi Z lahir antara tahun 1997-2012, digadang-gadang menjadi generasi berpengaruh di masa depan, dan menurut Prof. Rhenald Kasali (dalam DJKN Kemenkeu) digambarkan sebagai generasi penuh gagasan kreatif tetapi mudah menyerah.Â
Analisis Adi Ahdiat dalam Databoks (2022) menunjukkan bahwa sebagian besar generasi Z menghabiskan lebih dari 6 jam setiap hari untuk menggunakan internet. Mereka juga merupakan pengguna media sosial aktif, menempati urutan kedua setelah generasi milenial. Ini menjelaskan generasi Z cenderung lebih memilih perangkat digital karena dianggap lebih menyenangkan daripada mencatat di buku tulis.
Dengan gaya hidup yang didominasi oleh aktivitas daring, kecenderungan generasi Z untuk tidak suka mencatat dan lebih memilih mengetik di perangkat digital dipahami sebagai dampak langsung dari dominasi aktivitas daring dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Menulis Tangan itu Baik
Dalam hadits Nabi SAW yang menyatakan "Ikatlah [catatlah] ilmu dengan tulisan," menggambarkan pentingnya mencatat ilmu agar tidak dilupakan. Para ulama di Ngaji.ID (2012) menjelaskan bahwa ilmu ibarat binatang buruan yang perlu diikat dengan tulisan. Mencatat bisa dilakukan dengan tangan atau diketik, tetapi hasil yang lebih baik diperoleh dengan mencatat secara manual.
Menulis tangan memiliki dampak positif yang signifikan. Deborah Dewi pada laman Wolipop (2018) menjelaskan menulis memperkuat fokus dan meningkatkan kecerdasan mental karena melibatkan gerakan otot yang lebih banyak, berbeda dengan mengetik yang hanya melibatkan jari-jari tangan. Endang Wahyu Widiasari, seorang guru, pada laman Dinas Pendidikan Bandung Barat menyampaikan menulis tangan secara rutin dan menyatakan bahwa hal tersebut tidak hanya mengurangi stres tetapi juga meningkatkan kesehatan fisik dan memberikan motivasi untuk menciptakan karya tulis.
Selain itu, menulis tangan dapat meningkatkan keterampilan motorik halus dan perseptual anak-anak (Asia Pulp and Paper, 2023). Penelitian oleh Uzeyana Indriana pada tahun 2015 menunjukkan hubungan yang sangat tinggi antara kegiatan menggambar dan perkembangan motorik halus pada anak usia dini di Probolinggo.
Menulis tangan juga membantu menyimpan informasi lebih lama dan memudahkan pemahaman ide-ide baru. Robert Stone, pemenang National Book Award, menyatakan bahwa menulis tangan bisa membantu seseorang berpikir lebih jernih (Faber Castell). Penelitian oleh Iis Nurasiah dan Asep Munajat tahun 2016 menunjukkan bahwa mind mapping dapat meningkatkan literasi mahasiswa dalam membaca dan menulis dengan memperkuat pemahaman dan penyimpanan informasi.