Ayat di atas menjelaskan bagaimana mukjizat nabi Ibrahim AS yang tidak mempan ketika dibakar hidup-hidup oleh orang-orang Kafir. Namun pada akhirnya api yang telah membakar nabi Ibrahim AS tidak benar-benar membakar nabi Ibrahim AS, malah api tersebut berubah menjadi dingin.
Bila kita menggunakan logika kita dalam memahami peristiwa/kejadian tersebut, secara lazim api yang membakar nabi Ibrahim AS seharusnya tetap lah panas dan membakar habis tubuh nabi Ibrahim AS. Namun, atas seizin Allah SWT api tersebut tidak membakar nabi Ibrahim AS. Dari sini lah kita mengetahui ada sebab namun tidak ada akibat. Yang menjadi "Sebab" adalah Api yang membakar nabi Ibrahim, namun hal tersebut tidak diikuti oleh akibat.
2. Ada Akibat Tanpa Sebab
      Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, bahwa akibat adalah suatu gejala yang terjadi karena adanya sebab dari sebuah peristiwa/kejadian. Namun, dalam peristiwa/kejadian agama, ada suatu akibat yang terjadi tanpa adanya sebab. Contohnya seperti firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surah Maryam ayat ke 20 :
Dia (Maryam) berkata, "Bagaimana mungkin aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada orang (laki-laki) yang menyentuhku dan aku bukan seorang pezina!"
      Ayat di atas menceritakan bagaimana siti Maryam dapat melahirkan seorang putra bernama Isa AS tanpa melalui proses biologis. Secara logika, mana mungkin seorang wanita dapat melahirkan seorang bayi tanpa adanya proses biologis, yaitu pembuahan antara sel sperma dengan sel telur? Dari sini lah kita tahu bahwa dalam agama ada akibat yang terjadi tanpa adanya sebab. Yang menjadi "akibat" adalah lahirnya nabi Isa AS dari rahim Siti Maryam, namun hal tersebut terjadi tanpa disertai sebab yang menjadikan peristiwa/kejadian itu terjadi.
      Berdasarkan contoh peristiwa/kejadian di atas, mungkin bisa dikatakan hal tersebutlah yang membuat Agama dan Sains sulit untuk bersatu. Ada peristiwa/kejadian dalam ajaran agama yang memang tidak bisa dijelaskan secara Sains. Namun, apakah Agama dan Sains memang mustahil bersatu?
Antara Ilmu Pengenalan dan Ilmu Pengetahuan
      Syed Naquib Al-Attas dalam bukunya Risalah Untuk Kaum Muslimin mencoba untuk menjelaskan mengenai hubungan antara ilmu Agama yang ia sebut ilmu Pengenalan dengan ilmu Sains yang ia sebut ilmu Pengetahuan. Pada intinya dua ilmu tersebut merujuk antara hakikat ruhanian dan ilmu-ilmu yang merujuk kepada kegunaan dunia.
Menurut Syed Naquib Al-Attas, ilmu pengenalan (Agama) yang merujuk pada hakikat ruhanian itu, termasuk ilmu pengenalan diri, adalah lebih utama bagi kita karena ia membimbing kita kepada arah kesempurnaan kita sebagai manusia. Sedangkan ilmu Pengetahuan (Sains) itu adalah kegunaan yang dapat membantu kita untuk mencapai kesempurnaan, asalkan saja ilmu ini selalu dikawal, dinilai dan diarahkan oleh Pengenalan tadi.
Singkat menurut penulis, dari sini lah kita tahu bahwa kedua ilmu tersebut sebenarnya tidak dapat dipisahkan. Untuk menuju kepada kesempurnaan sebagai manusia, kita butuh sebuah alat atau kendaraan yang bisa kita sebut sebagai ilmu Pengetahuan (Sains), karena hidup itu memang memerlukan alat. Namun, hal itu haruslah senantiasa dikendalikan dan diarahkan oleh petunjuk jalan yang bisa kita sebut sebagai ilmu Pengenalan (Agama).