Mohon tunggu...
muhammad ayopy altoriq
muhammad ayopy altoriq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Malikussaleh

Muhammad Ayopy Altoriq Nim: 240110027

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

"Sultan Malik Al-Saleh" Penginspirasi Berdirinya Universitas Malikussaleh dengan Lima Pilar Kemalikussalehannya

4 Desember 2024   23:14 Diperbarui: 5 Desember 2024   09:46 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Islam Samudra Pasai, Aceh Utara, Nanggroe Aceh Darussalam

Pada kesempatan kali ini kita akan mengenal lebih dalam dengan sosok Malik Al-Saleh yang kita kenal juga sebagai sultan pertama kerajaaan Samudra pasai. Berdasarkan kunjungan yang dilakukan ke museum Islam Samudra Pasai, Aceh Utara.

Sosok Meurah Silue (Al-Malik Al-Saleh) adalah putra dari Meurah Seulanga (Meurah Jaga), cucu Meurah Silue dan cicit dari Meurah Mersa (Toe Mersa). Dalam catatan Ibrahim Alfian (2005) disebutkan dalam Hikayat Raja-Raja Pasai (HRRP) bahwa raja yang baru memeluk Islam itu diberi nama Sulthan Malik Al-Salih, sedangkan sebelum masuk Islam ia bernama Meurah Silue.

dalam sejarah melayu disebutkan bahwa pada pertengahan abad ke XII datanglah sebuah kapal dari Djeddah/Mekkah yang dinahkodai oleh Syech Ismail dan Fakir Muhammad bekas raja dari Mukhtabar (Malabar) hendak pergi ke negeri Samudra sebagai pembawa wasilah dari syarif Mekkah untuk memasukkan Islam ke Negeri Samudra sebagai penyampai pesanan dari Rasulullah SAW.

Dalam perjalanannya Syech Ismail dan Fakir Muhammad turun ke darat beberapa kali di semenanjung Sumatera dan bertemu dengan beberapa orang Islam, menyuruh untuk membaca Al-Quran. Namun tidak ada yang mampu membaca Al Quran. Kemudian Syech Ismail dan Fakir Muhammad kembali naik berkapal hingga sampailah ke sebuah Negeri Samudera, namun pada ketika itu keduanya belum percaya bahwa ini adalah Negeri Samudera. Setelah bertemu dengan Meurah Silue kepala dari Negeri Samudera, maka berkenalan hingga Meurah Silue memeluk agama Islam.

Menurut H.M. Zainuddin (1961) setelah Meurah Silue memeluk agama Islam, beliau bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW, dan meludahi ke dalam mulutnya, tiada beberapa hari berikutnya Meurah Silue pandai membaca dan menghafal AL Quran 30 Juz. Sehingga baru dipercaya oleh Syech. Ismail dan Fakir Muhammad bahwa ini benar ini adalah Negeri Samudera sesuai dengan petunjuk dari Syarif Mekkah. Setelah kedua musfir itu bermufakat, lalu kemudian Meurah Silue diangkat menjadi raja dalam Negeri Samudera yang bergelar Sultan Malik Al-Saleh dan segala perkakas kebesaran dari kerajaan Mukhtabar (Malabar) diberikan kepada Sulthan Malikussaleh.

Kehadiran Islam ke Samudera Pasai, tidak hanya merubah kontruks keimanan tetapi juga merubah cara pandang dunia (worldview) seorang Meurah Silue. Penabalan dirinya, dengan Malik As-Shalih mengindikasikan kuatnya pengaruh Islam dalam eksistensi dirinya. Sentuhan Islam memberi warna yang kental pada perubahan cara pikir, perilaku dan kebijakan kebijakan kenegaraan yang dijalankan oleh sang sultan ini. Melalui nilai-nilai keislaman ia membangun peradaban pasai yang “baru”. Ide-ide turunan al-Qur’an berupa dasar-dasar memerintah, bentuk-bentuk pemerintahan dan hubungan antara pemimpin dengan rakyatnya ia aplikasikan dalam tata laksana pemerintahannya di Kerajaan Samudera Pasai.

Berikut adalah Sultan maupun sultanah yang memimpin Kerajaan samudra pasai

1. Sultan Malik al-Salih (? – 1297)

2. Sultan Muhammad Malik al-Zahir (1297 – 1326)

3. Sultan Mahmud Malik al-Zahir (1326 – 1345)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun