Mohon tunggu...
Muhammad Athaya
Muhammad Athaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

Saya hanya orang biasa seperti pada umumnya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perspektif Psikologis tentang Aspek Islam Pada Anak-Anak

9 Juli 2024   15:18 Diperbarui: 9 Juli 2024   15:19 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A.Pendahuluan

Psikologi Islam, sebagai disiplin ilmu yang berfokus pada pengembangan dan pemahaman manusia berdasarkan prinsip-prinsip Islam, menawarkan perspektif yang unik dan komprehensif dalam memahami aspek psikologis anak-anak. Dalam perspektif ini, psikologi Islam tidak hanya melihat perkembangan psikologis anak sebagai proses yang terbatas pada tahap pranatal hingga kematian, seperti yang dilakukan oleh psikologi Barat. Sebaliknya, Islam memproyeksikan kehidupan anak-anak di atas kehidupan ini, menganggap bahwa kebahagiaan tidak hanya dapat dirasakan saat anak-anak hidup, tetapi juga setelah mereka meninggal.Dalam pandangan Islam, kehidupan anak-anak tidak hanya berfokus pada aspek fisik dan biologis, tetapi juga pada aspek spiritual dan rohani. Islam mengajarkan bahwa anak-anak memiliki potensi untuk mengembangkan keimanan dan kebajikan sejak dini, dan bahwa proses perkembangan psikologis mereka harus didasarkan pada nilai-nilai agama dan moral.Dalam esai ini, kita akan mempelajari bagaimana perspektif psikologi Islam memahami aspek psikologis anak-anak, serta bagaimana prinsip-prinsip Islam dapat diterapkan dalam pengembangan psikologis anak-anak. Kita juga akan melihat bagaimana psikologi Islam dapat membantu dalam meningkatkan kualitas hidup anak-anak dan membantu mereka mencapai kebahagiaan yang lebih tinggi.


B.Perkembangan Psikologi Pada Anak-Anak
Piaget percaya bahwa anak-anak secara aktif membangun pengetahuan mereka melalui interaksi dengan lingkungan mereka. Proses biologis, seperti pertumbuhan otak dan perkembangan sistem saraf, memainkan peran penting dalam kemampuan anak-anak untuk memahami dunia. Namun, pendekatan Piaget lebih menekankan pada bagaimana anak-anak menggunakan kemampuan kognitif mereka untuk mengorganisir dan menyusun informasi yang mereka terima daripada hanya memperhatikan aspek biologis dari perkembangan mereka.
Dalam teorinya tentang perkembangan kognitif, Piaget mengidentifikasi tahap-tahap khas yang menandai perjalanan perkembangan anak-anak. Meskipun fokus utamanya adalah pada aspek kognitif, ada kesadaran implisit tentang peran biologis dalam mendukung perkembangan kognitif tersebut. Misalnya, kemampuan otak untuk membuat koneksi dan memproses informasi bertambah seiring pertumbuhan anak-anak, yang pada gilirannya memengaruhi cara mereka memahami dan merespons dunia di sekitar mereka.


C.Pemikiran Anak Prasekolah Menurut Jean Piaget
Pemikiran Jean Piaget tentang perkembangan kognitif anak, termasuk anak pra-sekolah, berfokus pada konsep bahwa anak-anak memiliki proses kognitif yang unik dan berbeda dengan orang dewasa. Piaget percaya bahwa anak-anak tidak dilahirkan dengan proses kognitif yang sama seperti orang dewasa, dan bahwa proses kognitif anak mempunyai karakteristiknya sendiri, seperti bisa berkembang dari waktu ke waktu, bisa berkembang dalam menanggapi lingkungan, diperbarui dengan paparan informasi baru.
Piaget juga membagi perkembangan kognitif anak menjadi beberapa tahapan, termasuk tahap sensorimotor, pra-operasional, dan operasional formal. Tahap pra-operasional, yang dimulai sekitar 2 tahun dan berlangsung hingga kira-kira 7 tahun, adalah tahap di mana anak berpikir pada tingkat simbolik tapi belum menggunakan operasi kognitif. Pemikiran anak selama tahap ini adalah sebelum operasi kognitif, artinya anak tidak bisa menggunakan logika atau mengubah, menggabungkan, atau memisahkan ide atau konsep.
Dalam konteks anak pra-sekolah, teori Piaget menunjukkan bahwa anak-anak ini masih membatasi mereka untuk bisa memahami konsep-konsep tertentu yang mudah dipahami oleh orang-orang dewasa. Mereka tetap bisa melakukan kesalahan yang sama secara berulang dan kadang kala membuat orang tua merasa frustasi. Hal ini bukan berarti si kecil adalah anak yang nakal dan tidak pandai, tapi mereka hanya memerlukan waktu untuk bisa mengembangkan kemampuan kognitif mereka seiring dengan bertambahnya usia.
Dalam implementasi teori belajar kognitivisme, teori Piaget sangat relevan dalam proses perkembangan kognitif anak, karena dengan menggunakan teori ini, manusia dapat mengetahui adanya tahap-tahap perkembangan tertentu pada kemampuan berpikir anak di levelnya. Dengan demikian, bila dikaitkan dengan pembelajaran, kita bisa memberikan perlakuan yang tepat bagi anak, misalnya dalam memilih cara penyampaian materi bagi siswa sesuai dengan tahap perkembangan kemampuan berpikir yang dimiliki oleh anak
Menurut Jean Piaget, anak-anak pada tahap prasekolah, yang berusia sekitar 2 hingga 7 tahun, berada dalam tahap praoperasional dalam perkembangan kognitif mereka. Piaget mengidentifikasi beberapa ciri-ciri pemikiran anak prasekolah dalam tahap ini:
1.Egosentris: Anak-anak pada tahap praoperasional cenderung egosentris, yang berarti mereka melihat dunia hanya dari perspektif mereka sendiri. Mereka kesulitan memahami pandangan atau pengalaman orang lain dan sering kali mengasumsikan bahwa semua orang melihat dunia dengan cara yang sama seperti mereka.
2.Pemikiran Prakonseptual: Anak-anak prasekolah menggunakan bahasa dan simbol untuk merepresentasikan objek dan peristiwa di sekitar mereka. Namun, pemikiran mereka masih terbatas dan tidak logis. Mereka mungkin percaya bahwa objek memiliki karakteristik tertentu karena penampilan fisiknya, tanpa memperhitungkan faktor lain.
3.Kurangnya Konservasi: Salah satu ciri khas tahap praoperasional adalah kurangnya pemahaman tentang konservasi. Anak-anak pada tahap ini cenderung percaya bahwa jumlah materi dapat berubah hanya karena perubahan dalam penampilan fisiknya. Misalnya, mereka mungkin percaya bahwa segelas air yang dipindahkan ke wadah yang berbeda sekarang memiliki lebih banyak atau lebih sedikit air, meskipun jumlah sebenarnya tetap sama.
4.Pemikiran Transdiktif: Anak-anak prasekolah juga mungkin menunjukkan pemikiran transdiktif, di mana mereka menerapkan karakteristik atau kualitas dari satu objek ke objek lain tanpa mempertimbangkan perbedaan antara keduanya. Contohnya, mereka mungkin berpikir bahwa karena kucing memiliki kumis, semua hewan dengan empat kaki juga harus memiliki kumis.
Dalam tahap praoperasional ini, anak-anak mulai mengembangkan kemampuan untuk menggunakan bahasa dan simbol secara lebih kompleks, tetapi pemikiran mereka masih sangat dipengaruhi oleh persepsi mereka sendiri dan terbatas dalam aspek-aspek tertentu. Piaget menekankan bahwa pengalaman langsung dengan lingkungan dan interaksi dengan objek-objek nyata merupakan bagian penting dari proses pembelajaran anak-anak pada tahap ini.
D.Cara Berpikir Anak-Anak Menurut Jean Piaget
Menurut Jean Piaget, cara berpikir anak berbeda secara kualitatif dengan cara berpikir orang dewasa. Piaget tidak hanya menemukan bahwa anak-anak memiliki kurang pengetahuan dibandingkan dengan orang dewasa, tetapi juga bahwa tahapan perkembangan intelektual individu serta perubahan struktur kognitif yang terjadi dalam proses perkembangan kognitif anak. Piaget membagi perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan: motorik-sensory (0-2 tahun), pre-operational (2-7 tahun), concrete operations (7-11 tahun), dan formal operations (11-15 tahun). Dalam setiap tahapan, anak-anak menggunakan skema, asimilasi, akomodasi, organisasi, dan ekualibrasi untuk memahami dunia mereka.
Piaget juga menemukan bahwa anak-anak secara alami memiliki ketertarikan terhadap dunia dan secara aktif mencari informasi yang dapat membantu mereka memahami dunia tersebut. Dalam teori Piaget, perkembangan kognitif dibangun berdasarkan sudut pandang aliran struturalisme dan konstruktivisme, dengan fokus pada bagaimana anak-anak membangun struktur kognitif melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya.
Dalam tahapan perkembangan kognitif, Piaget menemukan bahwa anak-anak tidak hanya mendapatkan pengetahuan, tetapi juga harus mengembangkan atau membangun mental mereka. Ia juga menemukan bahwa anak-anak tidak dilahirkan dengan proses kognitif yang sama seperti orang-orang dewasa, dan bahwa proses kognitif anak mempunyai karakteristiknya sendiri, seperti dapat berkembang dari waktu ke waktu dan dapat berkembang dalam menanggapi lingkungan


E.Kesimpulan
Dalam menggali perspektif psikologis tentang aspek Islam pada anak-anak, kita telah menelusuri sejumlah konsep kunci. Pertama, perkembangan kognitif anak-anak, seperti yang dijelaskan oleh teori Jean Piaget, menunjukkan bahwa pemahaman anak tentang agama mereka berkembang seiring bertambahnya usia, melalui tahapan-tahapan kognitif yang berbeda. Anak-anak prasekolah mungkin memiliki pemahaman yang sederhana tentang konsep agama, sementara remaja mungkin mampu melakukan refleksi yang lebih kompleks tentang keyakinan mereka.
Kedua, teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg menyoroti peran agama dalam pembentukan moral anak-anak. Nilai-nilai dan ajaran Islam dapat memengaruhi perkembangan moral anak-anak, membantu mereka menginternalisasi prinsip-prinsip moral yang penting dalam kehidupan mereka.
Selanjutnya, teori psikologi sosial menunjukkan bahwa identitas agama anak-anak juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti lingkungan keluarga, teman sebaya, dan masyarakat tempat mereka tinggal. Anak-anak belajar tentang Islam melalui interaksi dengan orang-orang di sekitar mereka dan pengalaman hidup mereka sehari-hari.
Dalam praktiknya, pendekatan yang holistik dan beragam diperlukan dalam memahami hubungan antara aspek Islam dan psikologi anak-anak. Hal ini mencakup memahami peran agama dalam perkembangan kognitif, moral, dan identitas anak-anak, serta pengaruh lingkungan sosial dan budaya dalam membentuk pemahaman mereka tentang Islam. Dengan pendekatan yang menyeluruh, kita dapat membantu anak-anak memperoleh pemahaman yang seimbang dan bermakna tentang agama mereka, yang merupakan aspek penting dalam perkembangan holistik mereka sebagai individu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun