Mohon tunggu...
Arthur
Arthur Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary Man

Passionate PoliSci Blogger

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Sosial dan Komunikasi Politik Kontemporer

8 Agustus 2023   16:33 Diperbarui: 8 Agustus 2023   16:38 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin sebagian dari kita sudah tidak aktif menggunakan twitter sebagai "board" untuk berselancar di dunia maya. Namun, tahukah anda bahwa "twitter" kini telah berubah menjadi "X"? Sepertinya sebagian besar dari kita pasti sudah mengetahui informasi tersebut.

Twitter atau sekarang menjadi X, memiliki peranan penting sebagai alat komunikasi dan informasi dalam mengetahui sebuah peristiwa dan isu terkini secara real-time melalui fitur-fitur yang tersedia. Keberadaan fitur tagar (hashtag) mempermudah pengguna untuk mencari topik hangat yang sedang ramai dibicarakan. Fitur retweet dan like tidak hanya memungkinkan penyebaran cuitan (tweet) ke ribuan atau bahkan jutaan pengguna, tetapi juga dapat menciptakan efek viral yang signifikan. Tidak mengherankan bahwa banyak pihak menggunakan platform ini untuk menyebarkan informasi dan membentuk opini publik sesuai dengan tujuan mereka.

Dalam diskursus politik, pembahasan kontemporer mengenai komunikasi politik mulai berfokus pada fenomena "post-truth", dimana fakta dan akurasi informasi menurun dalam perbandingan dengan pengaruh emosi, opini individu, dan narasi yang memikat secara emosional. Seiring dengan pergeseran ini, akun-akun anonim di platform media sosial seperti X semakin meramaikan panggung politik. Fenomena ini wajar terjadi mengingat peran kuat yang dimainkan oleh opini publik dalam konteks politik modern. Akun-akun ini secara aktif mempromosikan pesan dan pendapat tertentu, dengan tujuan untuk memengaruhi pandangan masyarakat atau menciptakan narasi yang sejalan dengan kepentingan politisi dan pejabat negara. Melalui pendekatan yang lebih emosional dan personal, mereka berupaya untuk membentuk persepsi publik sesuai dengan arah yang diinginkan.

Kondisi ini tentu sangat berbahaya bagi jalannya politik sebuah negara. Bertebarannya pesan-pesan yang mengesampingkan fakta dapat merusak konstruksi diskusi politik yang informatif dan sehat. Narasi-narasi yang didesain untuk mendukung politisi/pejabat tertentu juga sering memicu terciptanya ruang media sosial yang toksik. Serangan pribadi, penghinaan terhadap lawan politik, dan bahasan-bahasan yang tidak penting lainnya justru menjadi topik utama dan mengaburkan pembahasan konstruktif terhadap isu-isu yang penting.

Penting bagi kita untuk pintar dalam memilah informasi yang benar diantara banyaknya narasi yang manipulatif. Salam hangat, Arthur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun