Mohon tunggu...
Muhammad Arsyad Lussy
Muhammad Arsyad Lussy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sastra, Seni, Musik, Gitar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nyanyian Paling Lucu

10 Januari 2025   07:41 Diperbarui: 10 Januari 2025   07:49 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebaik apapun ibadah, beberapa orang tua pasti was-was terhadap anak, apalagi ketika akan meritualkan hubungan suami istri, mereka akan memastikan agar tidak di ketahui anak-anak, apapun caranya!

Suatu waktu, ada sepasang kekasih yang menepi disudut kota, mereka hidup sederhana, tanpa pamrih dan paksa, seakan prinsip-prinsip Confisius dan Diogenes menjadi pondasi rumah tangga. Meski hidup seadanya dan penuh keterbatasan, tapi kewajiban sepasang kekasih tak perna dilupakan kecuali belum sah.

Setelah punya anak, mereka kian gigih menafkahi. Ayah berjibaku di kebun, ibu mengurus rumah tangga. Hari-hari berlalu dilewati dengan momen-momen bahagia. Namun pikiran seakan mengganjal, seperti masih kurang, entahlah, namanya juga manusia, mereka selalu identik dengan ketidakpuasan atau menginginkan lebih.

Sesaat pernikahan mereka berusia 3 tahun, sepasang kekasih itu kembali menebak rezeki, bagi mereka dianugerahi satu anak masih belum cukup, sebab hidup yang akan datang terlalu misteri, perlu adanya pasukan yang mumpuni untuk menerangi hidup.

Niat baik itu mulai tercurahkan disetiap malam, tiap menit bahkan detik, apalagi malam kian paruh baya, itu akan menambah nikmat. Emosi diluapkan dengan romantis,  hasrat tiada habis, hubungan suami istri itu berjalan begitu sadis.

Tapi perjuangan mereka juga tak kalah kuat, untuk menjelajahi surga duniawi pada istrinya, sepasang kekasih itu harus memeras kepala untuk mencari cara supaya tidak ketahuan anak. Sungguh merepotkan, tapi mau bagaimana lagi, prinsip orang tua; anak seusia dini tak boleh dulu mengenal hal itu.

Sebenarnya simpel saja kalau memiliki dua kamar, sayangnya rumah mereka tidak terlampau besar, panjang 4 meter dan lebar 3 meter, dengan ukuran seperti itu tentu hanya bisa menghasilkan satu kamar. Jadi mau tidak mau, semuanya harus satu bilik.

Pada malam-malam tertentu, sebelum ranjang mengalami gempa bumi, suami kerap memastikan bahwa apakah anaknya sudah benar-benar tidur? Satu cara untuk memvalidasinya adalah dengan mencabut sehelai rambut anak. Kalau tak ada gerakan, atau reaksi yang mencurigakan maka anaknya memang benar-benar sudah tidur.

Setiap kali memastikan, membuahkan hasil yang baik dan memuaskan, artinya tak ada tanda-tanda. Sebab dengan tidurnya seorang anak akan menjadi waktu yang tepat untuk meritualkan hubungan suami istri. Pokoknya setiap kali sepasang kekasih itu berhubungan, mereka selalu mencabut sehelai rambut anak.

Pada sebuah pagi, udara masih menggigil, matahari juga belum terbit. Seorang istri itu sudah mulai membersihkan diri dikamar mandi. Yang tak terduga nya adalah semenjak dikamar mandi, istri bernyanyi lagu yang tak perna dibawakan artis atau aktor siapapun. Sembari membilas diri, lirik mulai digaungkan:

"Semalam sangat enak"
"Nikmatnya tak ada habis"
"Pokoknya aku sangat suka sekali"
"Apalagi dibuat romantis dan penuh cinta"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun