Mohon tunggu...
Muhammad Arsyad Lussy
Muhammad Arsyad Lussy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Musik, gitar,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gegara Poligami

25 Januari 2024   12:09 Diperbarui: 12 Mei 2024   17:58 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anomali musim waktu itu, mengukir cerita, di penghujung barat, hujan siap siaga memeluk bumi dengan erat. Ketika langit menghitam diwaktu yang amat pagi, sontak langkah kaki dilepas oleh Levi, seorang pria tangguh, yang akan memulai perjuangan, dengan asa  nilai UAS-nya aman.

Dalam perjalanan menuju istana dibawah bukit (Kampus hijau), semua upaya dilakukan, mulut tak mati mengucap mantra, kata-kata mengalir deras, teori dan pendapat para ahli terangkat menyaingi langit. Mengingat kata dosen "nilai UAS bergantung pada keaktifan diskusi" Levi tak main-main, dibenaknya; siapa peleh, siap malintang patah.

Kala itu, POLIGAMI menjadi tema beradu ide, tampak menarik, juga kontroversial. Para indigo menerawang lelaki akan dimakan habis oleh makhluk bumi yang tak perna salah. Hal tersebut sama sekali tak membuat ragu, justru sebaliknya!

"Semua soal belajar, siapa rutin tentu banyak pengetahuan." jawab Levi waktu di tanya salah satu teman


Lagi-lagi waktu bergulir tiada henti, detik ke menit berpindah tepat pukul 10:00, petanda Levi telah tiba. Di kelas semua sudah siap, tinggal menunggu perang. Tak pakai lama, Lelaki pejuang itu langsung mengambil posisi.

"Saya tidak setuju dengan poligami, sebab itu menyudutkan kesetaraan gender," ujar Lilis dengan isyarat perang kata sudah dimulai.

"Dasarnya apa?" Tanya Mance "bukannya poligami terjadi atas kesepakatan?" Lanjutnya.

Diskusi baru saja berjalan, keadaan sudah memanas. Seketika Levi angkat suara, "Meski berdasar kesepakatan, itu bukan jaminan, bisa saja karna keterpaksaan."

"Kalau sifatnya terpaksa, kenapa ada keputusan?" balas Mance "lagi pula, agama tidak melarang, asalkan lakukan dengan benar." sambungnya.


Tetiba, "janji saja tidak kau tepati, mau sok-sokan punya dua istri." Ejek Lilis

Semua terkekeh setelah balasannya, bahasa itu sungguh tajam, bila tak punya benteng yang kuat, pendirian bisa hancur.

"Kalau saya sepakat dengan Mance, karna poligami kan sunnah nabi," kata Isra, seorang pria keturunan alArab.

"Iya, memang betul, namun dulu dan sekarang jauh berbeda" balas Levi, "Nabi berpoligami untuk menafkahi dan menjaga bukan dasar nafsu." Lanjutnya


"Sekarang, orang berpoligami karna kebutuhan nafsu dan seks," Tambahan Lilis dengan tegas

"Memangnya ada bukti? Anda jangan asal ngomong" timpal Mance

"Mereka sering, beralasan sunnah nabi hanya untuk menutupi kejahatannya," jawab Lilis

"Kalau poligami di anggap sebagai kejahatan itu salah, masa kita tak boleh mengikuti apa yang dibuat nabi," balas Mance

"Tiada yang melarang, semua berhak memilih" ucap Levi

Seketika Lilis berkata, "lelaki memang tidak bisa dipercaya, rasa kepuasan mereka tidak perna ada."

Meski agak termakan dengan bahasa Lilis namun konsistensi Levi tidak merosot.

Selang satu jam beradu kata, Isra pun kembali bersuara, "coba bayangkan kalau semua lelaki berpoligami, tidak ada istri yang kesepian."

"Pendapat macam apa ini, orang sedang serius dibuat aneh," sergah Lilis.

"Di rumah, kakek saya punya 4 istri  dan semua aman-aman saja" ungkap Isra

Suasana seketika hening, tiada yang membantah, semua membisu bagaikan mulut dicabut serentak dari rahang.

"Dan minggu depan kakek saya akan menikah lagi dengan gadis asal Korea" lanjut Isra

"Kenapa begitu," tanya Lilis

"Karena bagi beliau itu sunnah, siapa yang sering mengerjakannya, maka seterusnya mendapat ganjaran dari tuhan. "Jawab Isra

Levi yang sudah tak bisa menahan amarah langsung berkata "kakek anda itu bukan Sunnah tapi SUNDAL.

Akhirnya semua berakhir dengan tertawa terbahak-bahak

#riryvory
#Stain_kamis 25 Januari 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun