Mohon tunggu...
Muhammad Arif Hidayat
Muhammad Arif Hidayat Mohon Tunggu... Belajar, Berkarya, Bermanfaat

Santri TBM Panggon Sinau

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Adab dan Persoalan Pendidikan

21 Februari 2019   21:19 Diperbarui: 21 Februari 2019   21:52 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepasang suami istri tampak menahan tangis melihat anaknya meminta maaf kepada seorang guru yang mengajar di sebuah SMP di Gresik, Jawa Timur. Guru tersebut bernama Nur Kalim, seorang guru honorer pengampu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Adegan minta maaf itu dilakukan karena beberapa waktu sebelumnya jagad dunia maya dihebohkan dengan video yang mempertontonkan perilaku seorang siswa yang seolah-olah mengajak gurunya berkelahi saat sang guru berupaya mengingatkan siswa tersebut. Guru yang dalam video tersebut tidak lain adalah Nur Kalim. Mapolsek Wiringanom menjadi lokasi dilakukannya proses minta maaf antara siswa dalam video terhadap Nur Kalim sang guru.

 Solopos (11/2/19) menggambarkan suasana minta maaf yang disaksikan oleh Kapolsek Wiringanom AKP Supriyan, Kepala PGRI 1 Wiringanom, perwakilan kemensos, Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik, serta perwakilan kementrian. Video viral yang merekam kejadian tersebut seperti yang dijelaskan dalam Solopos bermula pada saat Nur Kalim akan mengajar mata pelajaran IPS di sebuah kelas. 

Sesampainya di kelas ternyata ia melihat kondisi kelas tersebut dalam keadaan kosong, tanpa seorang siswapun berada didalamnya. Tanpa berpikir panjang Nur Kalimpun bergegas mencari siswa-siswanya, tak lama kemudian Nur Kalim menemukan siswa-siswanya sedang berada di warung yang terletak tidak jauh dari sekolah. Melihat hal tersebut Nur Kalimpun langsung mengebrak warung dan membuat para siswa lari tergopoh-gopoh menuju ke kelas.

Saat berada di kelas beberapa siswa masih tidak terima dengan perlakuan Nur Kalim di kantin, akibatnya mereka membanting dan menggebrak meja. Tak hanya itu, bahkan terlihat seorang siswa kedapatan merokok di dalam kelas. Sebagai seorang guru tentu Nur Kalim berupaya untuk mengingatkan perilaku siswanya. Nur Kalim mengatakan agar siswa yang bersangkutan mematikan rokoknya, namun yang diingatkan justru semakin emosi. Bahkan terdapat pula siswa yang dengan tega membuang buku pelajaran milik Nur Kalim. Tidak berhenti disitu, si siswa juga dengan tidak sopan memegang kepala, mendorong dan mencengkeram kerah baju Nur Kalim.

Nur Kalim sama sekali tidak memberikan perlawanan ketika ditanya mengapa ia diam saja, Nur Kalim mengatakan "Saya sempat emosi, namun saya ingat video-video tentang guru dan murid yang viral akhirnya saya ikhlaskan." Setelah proses mediasi Nur Kalim telah memaafkan dan mengikhlaskan apa yang dilakukan siswanya. Si siswa sendiri dengan rasa penyesalan yang mendalam, memohon maaf dan berjanji akan merubah sikapnya terhadap para gurunya. 

Bahkan dalam proses minta maaf tersebut si siswa sampai mencium kaki Nur Kalim sebagai bukti rasa bersalah dan permohonan maafnya kepada Nur Kalim. Siswa tersebut mengatakan "atas perbuatan itu saya mengakui salah. Saya berjanji demi Allah tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi dan saya buktikan dengan membuat pernyataan ini." 

Peristiwa Nur Kalim dan siswanya yang berlaku tidak sopan seharusnya menjadi tamparan bagi dunia pendidikan secara umum. Sebab saya yakin di banyak sekolah lain peristiwa Nur Kalim ini juga terjadi. Meskipun mungkin dengan bentuk dan perilaku yang berbeda.

Pada masa lalu sering kita dengar bagaimana besarnya rasa hormat seorang siswa terhadap gurunya. Dalam beberapa kesempatan mungkin kita sering menyimak cerita indah dari orang-orang tua tentang rasa hormat tersebut. 

Misalnya digambarkan ketika seorang guru datang ke sekolah dengan sepeda kerbau tuanya, sambil menjinjing tas kulit yang sudah usang, pelan-pelan guru tersebut mengayuh sepedenya, tiba di gerbang sekolah ia akan disambut banyak siswa yang berebut untuk menuntun sepeda sang guru, beberapa siswa lain akan berebut membawakan tas kulit milik sang guru dan yang lainnya tentu akan mengantri untuk bersalaman dengan guru tersebut. 

Sebuah pemandangan yang barangkali hari ini sulit kita jumpai di sekolah-sekolah kita hari ini. Rasa cinta kepada guru memunculkan penghormatan yang luar biasa dari siswa-siswi pada masa itu. Jika kita tarik kisah ini pada masa sekarang maka barangkali dapat kita simpulkan bahwa permasalahan kita hari ini adalah tentang hilangnya "adab" dalam dunia pendidikan. Memang saya lebih senang menggunakan kata adab dibandingkan dengan kata lainnya yang barangkali bermakna sama seperti karakter, sopan santun, ataupun budi pekerti. Sebab kata adab dengan lugas dan tegas terdapat dalam pancasila kita, tepatnya sila kedua, yang berbunyi "Kemanusiaan yang adil dan beradab".

Adab atau budi pekerti sebenarnya sudah ada dalam kajian banyak pakar pendidikan di Indonesia. Tokoh pendidikan nasional, Ki Hadjar Dewantara sudah menyinggung tentang pentingnya budi pekerti dalam dunia pendidikan. Bahkan Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwa budi  pekerti adalah jiwa dari pengajaran (Nata,2005). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun