Tahun 2012 merupakan permulaan saya berkenalan dengan Desa Jayan. Saat itu saya masih menjadi anak baru di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).Â
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komiariat Al-Ghozali Fakultas Psikologi UMS menjadi perantara antara saya dengan Jayan untuk saling mengenal. Waktu itu kegiatan rutin dari IMM adalah mengajar TPA di sebuah masjid di Jayan.Â
Kegiatan belajar membaca Al-Quran tersebut dilaksanakan setiap hari Jumat, setelah solat Asar. Seorang senior di IMM bercerita kepada saya dalam sebuah forum orientasi mahasiswa baru, dia menggambarkan suasana desa Jayan yang penuh kesederhanaan dan kegembiraan.Â
Dari situlah ketertarikan saya  muncul untuk mengenal lebih jauh desa Jayan. IMM sendiri sebagai sebuah lembaga sudah berkegiatan di Desa Jayan, sejak tahun 2010. Selain TPA kegiatan IMM di Desa Jayan antara lain, pengajian, bakti sosial, bazar sembako, bazar baju, pengobatan gratis dan Idul Adha bersama warga serta kegiatan-kegiatan lain yang melibatkan masyarakat dan anggota IMM.
Sore itu di tahun 2012, saya bersama teman-teman mahasiswa baru yang tertarik untuk berkunjung ke Jayan, membuat janji untuk berkumpul di komisariat IMM. Hari itu adalah hari Jumat, kami sengaja memilih hari itu karena bertepatan dengan kegiatan IMM untuk mengajar TPA di Jayan.Â
Setelah semuanya berkumpul, bersama dengan mas dan mbak dari IMM kami mengendarai sepeda motor menuju Desa Jayan. Dari mas dan mbak dari IMM, saya mendapat informasi bahwa Desa Jayan terletak di dekat Waduk Cengklik.Â
Lima sampai sepuluh menit mengendarai motor, kami belum juga sampai di Desa Jayan. Tidak lama kemudian kami telah melewati Waduk Cengklik yang dihiasi warung dan kursi-kursi dimana banyak muda-mudi sedang asik menikmati suasana senja di Waduk Cengklik.Â
Waduk Cengklik sendiri merupakan waduk yang dibuat pada masa penjajahan. Waduk ini dibangun oleh Pemerintahan Kolonial Belanda dan Pura Mangkunegaran. Waduk dengan luas kurang lebih 250 hektar ini menjadi sumber mata pencaharian bagi penduduk sekitar.Â
Entah untuk mengairi sawah ataupun berfungsi untuk budidaya ikan. Setelah melewati Waduk Cengklik, beberapa saat kemudian kami melewati jalan berliku dan berlubang, tidak lama kemudian di sisi kanan jalan terdapat Rumah Sakit Banyu Bening. Sekitar 10 meter dari RS Banyu Bening terdapat gang kecil di sisi kanan, kami pun masuk ke gang tersebut.Â
Lebar jalan di gang itu kurang lebih 2 meter, hanya mampu di lewati satu mobil. Kondisi jalan yang terbuat dari cor-coran semen juga sudah hancur, sehingga harus ekstra hati-hati ketika melewati jalan tersebut.Â
Sekitar 100 meter kemudian jalan sudah menjadi lebih baik dan beraspal. Kurang lebih 300 meter kemudian di sisi kanan jalan terdapat gapura bertuliskan "Kawasan Wisata Dusun Jayan". Kamipun masuk ke arah gapura tersebut.Â