Toleransi dan Moderasi Beragama Di Media Sosial Dalam Perspektif Agama, Pancasila, Dan Bahasa Indonesia
Seperti yang kita tau Perkembangan teknologi informasi telah membawa perubahan yang sangat besar di dalam hidup manusia saat ini, sebelum terjadinya perkembangan teknologi informasi seperti saat ini, Memperoleh informasi adalah suatu hal yang agak sulit di dapatkan karena informasi pada saat itu salah satunya hanya bisa di dapatkan dari informasi-informasi yang di cetak pada lembaran lembaran kertas seperti  koran, surat, dan buku. namun pada zaman ini memperoleh informasi bukanlah suatu hal yang sulit di dapatkan, karena seperti yang kita tau saat ini memperoleh informasi bisa kita dapatkan hanya dengan menyentuh sebuah layar kaca saja, namun karena mudahnya akses informasi di media sosial pada saat ini, hal ini juga menyebabkan pada mudahnya penyebaran informasi-informasi yang tidak benar dan bersifat memecah salah satunya pada aspek toleransi dan moderasi beragama.
Pemahaman masyarakat yang keliru terkait agama, terutama dalam aspek peribadatan, sering kali mengakar dan sulit diubah. Sikap fanatisme pada agama tidak hanya mengesampingkan peraturan pemerintah, tetapi juga memicu perilaku diskriminatif dan konflik antarumat beragama (Emily et al., 2020; Apri, 2021). Fenomena ini menunjukkan perlunya pendekatan moderasi beragama untuk menjaga persatuan di Indonesia, khususnya dalam menghadapi tantangan era digital.Â
A. Toleransi beragama dalam prespektif pancasila.
Sebagai dasar ideologi negara, tentunya pancasila menekankan pentingnya toleransi dalam beragama, sesuai dengan sila pertama, ketuhanan yang Maha Esa, dengan mengakui keberadaan semua agama di indonesia dan mendorong masyarakat untuk menghormati perbedaan yang ada, untuk mewujudkan nilai nilai ini di media sosial, maka kita dapat melakukan beberapa hal berikut:
1. Menghormati keragaman keyakinan.
tidak membagikan atau mendukung konten yang bersifat menghina atau merendahakan agama lain merupaka salah satu cara untuk menumbuhkan sikap toleransi di dalam diri kita, dan juga dengan cara tidak memaksakan pandangan agama yang kita anut kepada orang lain.
2. Menghindari provokasi.
provokasi adalah salah satu ha yang dapat memicu pertikaian di sosial media, dengan tidak melakukan tindak provokasi pada kolom komentar atau tidak mengunggah hal-hal yang berbau provokatif, maka kita dapat meminimalisir timbulnya konflik antar umat beragama.
3. Mendorong diskusi positif.
 dengan cara membuat atau menciptakan ruang dialog yang sehat dan konstruktif tentang isu isu agama, maka kita juga dapat membagun semangat dan kerukunan antar umat beragama sesuai dengan pancasila.
B. Moderasi Beragama Berdasarkan Prinsip Agama.
Sikap fanatisme agama yang terbawa ke dalam berbagai aspek kehidupan mengakibatkan sulitnya masyarakat bersikap objektif. Hal ini tercermin dalam diskriminasi, perampasan hak umat lain, dan kekerasan baik verbal maupun fisik (Astuti & Harris, 2018). Dalam konteks moderasi, individu diharapkan memiliki fleksibilitas dalam menempatkan diri di tengah-tengah, yaitu antara ketentuan agama dan peraturan negara (Lupfer & Jackson, 2019). Moderasi beragama akan membantu mencegah ketimpangan sosial akibat fanatisme.
Moderasi beragama adalah pendekatan keseimbangan dalam menjalankan keyakinan agama, menghindari ekstremisme dan fanatisme. Prinsip ini diajarkan oleh hampir semua agama. Islam, misalnya, mendorong umatnya menjadi ummatan wasathan (umat yang moderat). Begitu pula agama lain yang mengajarkan nilai-nilai harmoni dan kedamaian, kita dapat mewujudkan hal ini di media sosial dengan cara:
1. Berpikir kritis sebelum membagikan konten.
hindarilah membagikan konten yang belum jelas kebenarannya, apalagi konten-konten yang mengandung ujaran kebencian dan hoaks, telitilah konten tersebut pastikan informasi yang ada di dalamnya benar dan tidak mengandung ujaran kebencian.
2. mengutamakan kasih  sayang dan empati.
Berkomunikasi dengan cara yang santun dan menghargai perbedaan, sesuai ajaran agama masing-masing.