Kalau ingin membangun budaya futsal dan memiliki tim futsal fakultas yang berprestasi, salah satu resep yang paling mujarab adalah dengan menempatkan lapangan futsal dekat dengan kantin.
Saya seorang pemerhati futsal. Juga sesekali ikut main, tapi tak jago benar. Bagi saya, dinamika persaingan futsal intra dan inter fakultas di kampus sangat menarik untuk diamati.
sebagai seorang mahasiswa FISIP UI dan bagian dari Komunitas Bola FISIP (KBF) UI, saya merasa sangat prihatin melihat kondisi yang ada sekarang. FISIP UI yang beberapa tahun lalu futsalnya begitu disegani kini merosot sekali prestasinya. Dulu, kita masih ingat, tim manapun di UI yang bertemu FISIP akan gentar sebelum bertanding. Tak ada yang tak kenal Haikal dengan permainan keras namun efektifnya. Kiper manapun di UI belum teruji jika belum mencoba menahan tendangan Bobby. Playmaking Windra juga begitu disegani di UI dulu. Kini ketika sebagian besar dari pemain veteran ini lulus, tak ada lagi penerusnya. Regenerasi futsal di FISIP UI macet. Kenapa hal ini bisa terjadi mengingat sumber daya yang dimiliki begitu besar. Jawabannya adalah kegagalan membangun kultur futsal.
FT UI mungkin memiliki sumber daya yang tidak lebih baik dari FISIP UI. Akan tetapi kemampuan FT UI membangun kultur futsal dan menjadikan futsal begitu mengakar membuat FT UI begitu pesat perkembangan futsalnya tahun-tahun belakangan ini. Salah satu faktor yang mendorong terjadinya hal tersebut adalah bahwa lapangan futsal FT UI yang ditempatkan berdekatan dengan Kantin FT UI. Demikian pula FKM UI yang lumayan pesat perkembangan futsalnya hari-hari ini kantinnya juga bersebelahan dengan lapangan futsal. FIB UI, the unbeatable, pun demikian. Kenapa hal ini -lapangan futsal yang berdekatan dengan kantin- menjadi begitu penting dalam rangka meningkatkan prestasi futsal?
Kantin, by default, akan selalu ramai, terutama oleh mahasiswa. Kantin, by default, adalah assembly point bagi mahasiswa. Di kantinlah pusat keramaian mahasiswa di kampus. Di kantinlah ide-ide tumbuh dan berkembang. Singkatnya, di kantinlah kita menyaksikan dinamika kemahasiswaan dalam bentuknya yang sebenar-benarnya. Dengan potensi ini, kantin dapat dimanfaatkan sebagai tempat yang paling efektif untuk gaining attention. Ketika lapangan futsal diposisikan berdekatan dengan kantin, mau tidak mau, suka tidak suka para pengunjung kantin akan selalu bersentuhan dengan futsal, menyaksikan pertandingan futsal. Dari sini, lambat laun futsal akan melekat di hati dan pikiran mahasiswa; kultur futsal akan terbangun. Akan timbul pula nantinya ide-ide untuk mengadakan kompetisi futsal inter fakultas, entah itu antar departemen, antar angkatan, antar mahasiswa baru, ataupun open tournament. Ketika kompetisi-kompetisi sudah ada dan berlangsung berkelanjutan, masing-masing departemen akan terdorong untuk membangun tim futsal yang kompetitif karena ini menyangkut prestasi dan kebanggaan. Iklim kompetisi akan tercipta. Begitu juga, ketika kompetisi sudah banyak dan kontinyu, dengan sendirinya kompeitisi-kompetisi ini akan menjadi saringan alami bagi bibit-bibit potensial yang nantinya dapat bermain untuk tim fakultas di turnamen tingkat UI maupun umum.
Mari bersama kita bangun kembali kultur dan prestasi futsal FISIP UI.
*saya hanya mahasiswa FISIP UI semester 5 yang tak tahu apa-apa, mohon dimaafkan jika ada salah kata, hanya opini pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H