Rendahnya Pendidikan di maysrakat Pedalaman IndonesiaÂ
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini terbilang rendah bahkan bisa dikatakan kualitas pendidikan di negara kita kalah dengan negara tetangga seperti negara Singapura, dan Malaysia. Menurut hasil survei mengenai sistem pendidikan di dunia pada tahun 2018 yang dikeluarkan oleh PISA (Progamme For Internasional Student Assesment) pada tahun 2019, lalu Indonesia berada pada di posisi ke- 6 Terendah yang mana peringkat ke 74 dari 79 negara.
Kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Hal tersebut juga dibuktikan dengan adanya data UNESCOO (2000) kita tahu bahwa kualitas pendidik, fasilitas pembelajaran dan peserta didik. Jika dilihat dari kualitas guru, guru yang ada saat ini masih belum kompeten. Karena saat ini ada orang yang menjadi guru karena tidak diterima di jurusan yang diinginkannya, berbeda dengan guru pada zaman dahulu yang yang sangat ingin menjadi guru Saat ini guru juga belum memberikan pengetahuan pendidikan yang memadai kepada siswanya, terbukti dengan banyaknya kasus bullying di Indonesia.
Fasilitas pembelajaran juga menjadi perhatian karena di area pedalaman khususnya masih sangat tertinggal dari kota. Beberapa faktor menghambat siswa di pedesaan untuk belajar maksimal karena pengaruh guru dan jarak sekolah yang jauh dari tempat tinggal mereka. Secara umum, rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia dapat disebabkan oleh banyak  hal, termasuk rendahnya kualitas Guru. Sangat sedikit guru yang tidak mengalami pengalaman mengajar atau tidak memilliki kualifikasi profesional yang cukup untuk melaksanakan tugasnya, sebagai seorang guru harus mampu menguasai pembelajaran terutama saat menghadapi siswa-siswi, memberikan nasihat, dan juga mampu melakukan  pekerjaaan untuk kepentingan umum.
Kedua, mahalnya biaya untuk masuk sekolah favorit karena orang tua siswa  harus membayar untuk membeli seragam, buku, dan alat tulis sekolah. Bahkan untuk sistem zonasi saja masih  menjadi masalah besar karena sistem zonasi sangat merugikan kaum bawah karena banyak peserta didik yang mungkin tidak berhasil masuk ke sekolah impiannya.
Lalu untuk poin selanjutnya ada rendahnya prestasi siswa. Kita tahu bahwa kualitas anak-anak di Indonesia masih sangat bergantung kepada AI bahkan saat melaksanakan ujian siswa-siswa masih mennggunakan aplikasi seperti chatgpt,brainly,dll. Maka bisa kita lihat siswa yang membeli buku dari sekolah sekarang sudah mulai berkrurang karena mereka percaya dengan adanya AI bisa membantu nilai mereka bagus tanpa adanya bantuan  dari  Buku langsung utuk dibaca.
Berikutnya kurikulum yang relevan. Kurikulum yang diterapkan sering kali terlalu padat dan kaku, dengan orientasi pada penguasaan materi dan nilai ujian. Siswa dan guru jadi lebih fokus pada pencapaian akademis dibandingkan pengembangan keterampilan berpikir kritis, analitis, dan keterampilan hidup lainnya. Indonesia tercatat sudah berganti Kurikulum sebanyak 11 kali paska kemerdekaan.
 Tetapi apakah dengan banyaknya perubahan itu pendidikan di Indonesia Sudah berkualitas? belum. Tantangan terbesar dalam proses impelementasi kurikulum ini diantaranya berasal dari kesiapan guru sebagai pembawa perubahan di kelas, dukungan sekolah dalam memberikan fasilitas penunjang baik bersifat materil maupun non-materil, hingga keragaman siswa dalam suatu kelas
Kurikulum yang fleksibel dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan bakat dan minatnya.
Yang terakhir alih-alih belajar, para murid lebih memilih menyontek ketika ujian Ini terjadi di kalangan semua murid, mulai dari jenjang SD sampai SMA. Kurang tegasnya guru juga menjadi faktor bertumbuh kembangnya budaya ini. Kebiasaan ini akan sulit dihilangkan bila sedari kecil saja mereka sudah berani mencontek.
Pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pemerintah dan masyarakat seharusnya bisa bekerja sama agar kualitas pendidikan di Indonesia bisa berkembang menjadi lebih baik. Jika kualitas pendidikannya sudah bagus, untuk mencapai kemajuan bangsa juga seharusnya menjadi lebih mudah. Dan yang terpenting, tujuan "mencerdaskan kehidupan bangsa" telah tercapai.