Namun kenyataannya adalah demikian, Nak: Orang itu setiap hari didatangi oleh burung elang yang kakinya erat mengcengkeram roti, lalu disuapkan pada mulut orang itu. Jika timbul di pikirmu pertanyaan: "Lalu kalau haus dan dahaga, bagaimana, Bapak?", maka Bapak jawab: Jadi setiap orang itu haus, Tuhan mencurahkan air hujan dari langit, Nak. Itulah konsep rezeki.
Bilamana kau mengimani konsep seperti orang itu secara powerfull, maka tiada salahnya. Tapi harus kau ketahui, seberapa dekat kau dengan Maha Pemberi Rezeki, Nak? Apa pantas kau meminta, katakan, sekadar roti saja, pada seorang yang belum sepenuhnya kau kenal? Jadi, yang urgen sebelum meniru konsep itu, kau harus mendekatkan diri (taqarrub) kepada Maha Pemberi Rezeki! Itu kausalitas, Nak. Jangan aneh-aneh buat hukum.
Kamu capekkah, Nak?
Sebentar. Berhentilah sejenak dari kepayah-capekanmu saat ini. Coba, sesekali kita terka-terka, betapa lacut dan pengecutnya kita ini, Sayang? Ketahuilah olehmu: tidak mungkin aku mengirimkan surat ini tanpa perasaan sayang dan cinta yang dalam benar padamu!
Kepadamu, Nak.
Bila kau dapati kepayahan yang benar-benar menggoyahkan imanmu, segeralah kembali pada Tuhan, Nak. Ingati lagi, bagaimana janji-Nya: .
Berdoalah, Nak.
Semoga hari-harimu menyenangkan.
Aqib Muhammad Kh
Idul Fitri 1443 H
Rumah: Surga Kata-kata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H