Jika anda aktif di jejaring sosial seperti facebook dan twitter, pasti tahu saat ini ketika RUU Pilkada disahkan yang artinya pemilihan gubernur dan bupati/walikota dipilih kembali oleh DPRD (sebelumnya selama 10 tahun dipilih secara langsung), SBY, Partai demokrat dan KMP menjadi pendosa yang banyak dikritik netizen.
Di Twitter dengan Tagar #ShameOnYouSBY menjadi Trending Topic Worldwide selama lebih dari dua hari, mencapai lebih dari 250 ribu cuit/perbincangan yang kemudian hilang secara misterius. Ada apa sebenarnya? Apakah ada gelombang perubahan dalam politik Indonesia saat ini?
Para Generasi Narsis
Untuk menjawabnya kita perlu tahu siapa netizen itu. Mayoritas adalah Anak muda usia belasan hingga awal 30-an, istilah lainnya adalah  generasi Y yang kebanyakan mempunyai akses internet hampir 24 jam, mereka suka sekali untuk menarsiskan diri, contohnya melakukan selfie (memfoto diri sendiri ataupun berkelompok).
Mereka adalah generasi 90-an, yang ketika masa kecil suka menonton acara anak-anak baja hitam, giban, sailormoon, digimon, dan yang lainnya. Ketika masa reformasi, mereka masih kecil, mereka mempunyai kenangan akan orde baru yang tidak terlalu banyak, mereka adalah tunas-tunas muda reformasi yang mulai berkembang, menikmati kebebasan berekspresi dan politik yang lebih besar ketimbang generasi-generasi pendahulunya.
Generasi 90-an Melawan Oligarki
Generasi 90-an adalah kekuatan politik Indonesia yang baru, para Petinggi-petinggi partai politik yang sudah berusia lanjut, tidak terbiasa menghadapinya atau bisa saja meremehkannya. Mereka merupakan pemilih muda yang menikmati hak untuk memilih kepala daerahnya sendiri, ketika salah satu kebebasan/hak politik mereka diambil, mereka melakukan perlawanan, menggugat ruu pilkada.
Ketika menggugat yang dilakukannya juga khas generasi Y, lewat twitter menulis tagar/hashtag #ShameOnYouSBY, tanda tangan dalam petisi online, menulis blog, membuat meme (gambar lucu hasil editan), ganti foto profil facebook sebagai simbol perlawanan. Lawan mereka? Elit politik KMP yang berisi anak-anak orde baru, dan sebagian aktivis reformasi yang dulunya memberi mereka kebebasan berpolitik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H