Mohon tunggu...
Muhammad Anas
Muhammad Anas Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Agama Islam - SMA Negeri 1 Yogyakarta

Muhammad Anas, jika tidak dilarang oleh orang tua dengan sebuah penawaran Klub Persebaya Surabaya untuk menjadi atlet sepakbola di waktu kecil. Ia pasti sudah menjadi pemain sepakbola profesional. Keluar dari Desa sejak tahun 2000 untuk belajar di lembaga Pendidikan Pondok Pesantren Modern Al-Barokah di Kertosono Nganjuk. Kemudian melanjutkan studi di D2 PGSD Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Muhammadiyah Nganjuk- Kediri. Tahun 2006 berkelana lagi menuju Kota Pelajar Yogyakarta untuk ambil program S1 di UII. Selanjutnya mengajar pendidikan Agama Islam di SMA N 1 Yogyakarta. Ia juga mengabdikan diri dalam pembinaan Pramuka Teladan dari tahun 2012. Kursus Mahir Dasar dan Kursus Mahir tingkat Lanjut sudah diambil olehnya untuk mematangkan pengalaman dalam kepramukan. Ia tinggal bersama sang istri Desi Nur Wijayanti, putri pertama Annisa Nur Fatimah dan Putra kedua Muhammad Ja’far Al-Faaqih di Pesantren UII.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan

24 Oktober 2024   23:57 Diperbarui: 25 Oktober 2024   00:37 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkenalkan saya Muhammad Anas, S.Pd.I. dari SMA Negeri 1 Yogyakarta, D.I. Yogyakarta., calon Guru Peggerak Angkatan 11 tahun 2024.

Pada kesempatan ini saya ingin berbagi informasi materi Pendidikan Guru Penggerak pada Modul 3.1 tentang Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin.

Sebelum itu izin saya menampilkan kalimat bijak yang disampaikan oleh Bol Talbert

" Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik "

Kita sepakat bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang sebagaimana yang telah disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara. Tentu tujuan yang diharapkan dari Pendidikan tersebut untuk menjadikan para murid sebagai manusia kamil. Pengembangan potensi peserta didik diarahkan untuk membangun karakter mereka sehingga mereka siap untuk berjuang ditengah Masyarakat.

Sekolah sebagai rumah ke dua dalam kehidupan murid, memiliki kontribusi yang sangat bersar terhadap terbentuknya sebuah budaya, nilai-nilai, dan moralitas. Kemudian perilaku warga sekolah dalam menjalankan nilai-nilai yang diyakini dan dianggap penting dalam kemajuan sekolah.

Dari sini terlihat jelas peran seorang pendidik yang bernaung di dalam lingkup sekolah harus mampu menjadi rool model bagi murid-muridnya. Oleh karena itu tanpa disadari bahwa setiap pengambilan keputusan akan merefleksikan integritas sekolah, nilai-nilai apa yang akan dijunjung tinggi, dan keputusan-keputusan yang diambil kelak akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah dan lingkungan sekitarnya.

Dalam tulisan ini izinkan saya menyampaikan sebuah pendekatan atas tinjauan dari koneksi antar materi pada modul 3.1 yaitu tentang pengambilan keputusan.

  • Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Semboyan Ing Ngarso Sung Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang pemimpin juga harus mampu memberikan dorongan, semangat dan motivasi dari tengah), Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan dari belakang) memiliki peran yang sangat penting dalam landasan berfikir dan bertindak system Pendidikan kita. Seorang pemimpin harus mampu memberikan contoh kepada bawahannya yang kemudian berimbas pada orang untuk selalu memberikan dorongan untuk selalu maju.

Semboyan ini memiliki makna filosofi yang sangat dalam kepada pemimpin dalam setiap pengambilan keputusan, yaitu keputusan yang selalu berpihak kepada semua golongan tidak membeda-bedakan. Dalam Pendidikan dikelas murid menjadi objek yang akan diantarkan sebagai generasi yang cerdas dan berkarakter sebagaimana tercermin dalam profil pelajar Pancasila. Penyampai nilai dari sebuah materi itu lebih ditekankan dalam pembelajran. Sehingga para murid matang secara materi dan non materi di dalam menghadapi masa depannya.

  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) serta keterampilan berhubungan sosial (relationship skills), akan sangat mendukung dalam mewujudkan sikap pemimpin yang selalu memberikan dorongan yang terangkum dalam kalimat Tut wuri handayani.

Seorang pendidik yang tertanam prinsip diatas akan dengan sendirinya memberikan dorongan secara moril maupun materil bagi semua warga sekolah. Nilai-nilai kebajikan akan tertanam dalam diri pendidik, yang kemudian memberikan pengaruh besar dalam setiap pengambilan keputusaan.

  • Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi coaching yang telah dibahas pada sebelumnya.

Secara teori proses coaching sangatlah berperan dalam menentukan sebuah Keputusan penyelesaian masalah. Guru sebagai pendidik di sekolah harus memiliki keterampilan coaching. Hal ini berkaitan dengan proses pembelajaran yang dilakukan akan bersinggungan dengan berbagai masalah. Maka pendampingan dalam pengujian pengambilan keputusan melalui kegiatan coaching (bimbingan) yang dilakukan oleh fasilitator sangat efektif dalam membantu coachee menemukan solusinya.

Teknik coaching dilakukan dengan prinsip kesetaraan, sehingga tidak terkesan menggurui tapi justru akan menimbulkan rasa nyaman pada diri coach, sehingga mampu mengidentifikasi permasalahan dan dapat menyampaikan pertanyaan berbobot dari coachee. Begitu pula dengan coachee yang dengan rasa nyaman dapat menyampaikan hambatan --- hambatan dan dapat menemukan solusi yang sesuai.

  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional tentu berpengaruh pada pengambilan sebuah kebijakan. Setidaknya kebijakan yang ditetapkan harus berlandaskan pada nilai-nilai kebaikan serta berpedoman pada 9 langkah pengambilan keputusan. Dua dasar tersebut dapat mengantarkan guru untuk menganalisis dengan benar sehingga dapat membedakan antara dilema etika atau bujukan moral. Menumbuhkan empati dan simpati diperlukan proses yang panjang, dan itu harus dibuat dan diprogramkan dalam dunia Pendidikan. Tujuannya adalah setiap orang dapat menempatkan diri untuk bisa mengenal orang lain. Guru yang berperan sebagai pemimpin pembelajaran akan bertindak atas dasar keberpihakan pada murid.

Dalam setiap keputusannya harus berpihak pada murid, berbasis etika dan nilai kebajikan berlandaskan pada 4 paradigma yaitu individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs jangka panjang, 3 prinsip yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli. Serta dilakukan dengan 9 langkah yaitu:

  • Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
  • Menentukan siapa saja yang terlibat
  • Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
  • Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola
  • Pengujian paradigma benar lawan benar
  • Prinsip Pengambilan Keputusan
  • Investigasi Opsi Trilemma
  • Buat Keputusan
  • Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan
  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Masalah itu pasti ada dan manusia secara fitrahnya akan diberikan masalah tersebut oleh tuhan sebagai bentuk pembentukan diri untuk semakin baik. Kemudian terkait pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika akan semakin mengasah seorang pendidik untuk selalu memiliki empati dan simpati. Dari pembentukan itu diharapkan mampu mengidentifikasi dan memetakan paradigma dilema etika agar pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran lebih bijak.

Seorang pendidik yang bergesekan selalu dengan kasus-kasus yang berfokus pada masalah moral dan etika, maka keputusan yang diambil akan dipengaruhi oleh informasi yang didapatkannya. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan. Namun sebaliknya apabila nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung bermuara pada kebenaran menurut versi pribadi.

  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Kebijakan yang berpihak pada semua secara langsung akan berdampak pada imlementasi pembelajaran dan mempengaruhi situasi di sekolah. Setiap orang akan menjalankan kebijakan tersebut. Apabilan keputusan yang dihasilkan itu tepat dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan, keteladanan, bijaksana dan tidak melanggar norma, maka dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Tentu itu semua akan mengarah pada pembelajaran yang nyaman bagi setiap murid.

  • Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Pengambilan keputusan yang berlandaskan atas tiga prinsip penyelesaian dilema (Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) ataukah Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) akan mengantarkan penyelesaian yang terbaik bagi semua. Pemilihan prinsip tersebut tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Meskipun setiap keputusan pasti ada resiko baik itu pro dan kontra, namun hal ini menjadikan salah satu tantangan tersendiri.

  • Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid -murid kita adalah terciptanya merdeka belajar. Murid merasa bebas mencapai kesuksesan, kebahagiaan sesuai minat dan potensinya tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun.

Semua pengambilan keputusan harus berpihak pada murid. Guru berfungsi sebagai untuk memfasilitasi, membantu mengembangkan bakat dan minat yang sudah ada. Penggunaan model pembelajaran berdiferensiasi akan mampu mengakomodir kebutuhan setiap siswa sesuai dengan bakat dan keahliannya.

  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Begitu pula pemimpin di sekolah, keputusan yang diambil pasti akan membawa dampak, baik jangka panjang maupun pendek bagi murid. Hal yang dilakukan akan akan terekam menjadi suatu catatan dan akan menjadikan role model tentang apa dan bagaimana kelak murid-murid berpikir dan bertindak.

Oleh karena itu kegiatan yang didasarkan dari kebijakan yang ditetapkan harus mengandung budaya positif terhadap setiap warga sekolah khususnya para murid. Penanaman nilai yang mengkristal akan membawa budaya pada diri murid untuk berprilaku di masa depan.

  • Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang pendidik. Terkait dengan tugas dan fungsinya seorang guru dalam membuat keputusan harus berlandaskan pada filosofi Ki Hajar Dewantara, karena setiap keputusan yang diambil akan mewarnai pola pikir dan karakter murid. Agar keputusan yang diambil dapat memberikan kemanfaatan untuk banyak orang, mampu mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being) dan dapat dipertanggungjawabkan, maka harus dilakukan berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur yang tertata seperti BAGJA.

  • Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan bahwa ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya didasarkan pada pemikiran dan pertimbangan semata, namun sangat diperlukan adanya paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian pengambilan keputusan, agar keputusan yang diambil tepat sasaran dan bermanfaat untuk orang banyak. Disamping itu secara personal, dalam pengambilan keputusan diperlukan satu sikap keberanian dengan segala konsekwensinya.

  • Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini saya sudah pernah mengambil keputusan dengan situasi dilema etika, namun yang saya lakukan hanya sebatas pada pemikiran didukung dengan beberapa pertimbangan. Dengan belajar modul ini saya menjadi lebih kaya akan pengetahuan bahkan telah mempraktikkan, bagaimana cara pengambilan keputusan yang tepat dengan menggunakan langkah-langkah tertentu yang tak lepas dari paradigma dan prinsip-prinsip yang ada.

  • Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Konsep yang sudah saya pelajari di modul ini memberikan dampak yang besar bagi pola pikir saya. Dalam konteks ini terdapat 4 paradigma dilemma etika yaitu: individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) yang semuanya didasari atas 3 prinsip dan 9 langkah. Saya berencana akan mengimplementasikan landasan tersebut dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas praktisi. Dengan landasan dalam pengambilan keputusan tersebut, saya yakin bahwa keputusan yang saya ambil akan tepat dan lebih akurat dengan selalu berpihak pada murid.

  • Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Materi pada modul 3.1 bagi saya sangat penting dan bermakna, karena dimanapun dan sebagai apa peran kita pasti akan menjumpai permasalahan yang dituntut untuk mengambil keputusan. Dari keputusan tersebut akan dihasilkan kebijakan -kebijakan yang akan mewarnai perjalanan sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal itu, maka seorang guru harus memiliki keterampilan dalam pengambilan keputusan yang mengandung nilai-nilai kebajikan. Sebagai landasan dalam pengambilan keputusan tersebut tentunya mengacu pada 9 langkah 4 paradigma dan 3 prinsip. Selain itu keputusan diambil melalui tiga uji yaitu: Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir dan Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking).

Demikian tugas koneksi antar materi ini bisa saya tuliskan, saya menyadari masih sangat perlu untuk belajar lebih banyak. Terima kasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun