Mohon tunggu...
Muhammad Ammar Robbaanii
Muhammad Ammar Robbaanii Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Progam Studi Ilmu Sejarah Universitas Padjadjaran

Penulis memiliki hobi dalam bidang automotif, gadget, sejarah dan juga sosial budaya. suka berbagi pandangan baru terhadap isu-isu terkini dan nanti

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Majalah Poetri Mardika: Secercah Harapan Bagi Dunia Pendidikan Perempuan Pribumi

1 Juli 2024   13:56 Diperbarui: 1 Juli 2024   14:29 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poetri Mardika (senibudayabetawi.com)

Pada saat itu majalah Poetri Mardika dikenakan harga 1 Gulden untuk berlangganan selama 1 tahun dan juga harus membayar di awal terlebih dahulu. Dari majalah tersebut-lah Poetri Mardika mendapatkan uang kas organisasinya. 

Pada majalah itu Poetri Mardika ingin membangun kesadaran kaum perempuan Hindia Belanda yang memang pada saat itu sangat memprihatinkan. Poetri Mardika juga memberikan beasiswa kepada perempuan pribumi yang membutuhkan dan juga berbakat. Supaya agar dapat terus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 

Isu yang disajikan dalam artikel-artikel dalam majalah Poetri Mardika berupa persoalan yang ada dalam lingkup keluarga dan masyarakat. Hidangan seperti; poligami, pernikahan anak dibawah umur, adat kebiasaan buruk memperlakukan perempuan, kesusilaan, tingkah laku dalam pergaulan, serta pentingnya pendidikan bagi anak-anak perempuan merupakan topik-topik yang sering dibahas dalam artikel majalah Poetri Mardika. 

Kehadiran majalah Poetri Mardika menjadi jendela yang membawa angin segar bagi kaum perempuan pribumi yang tidak mendapat pendidikan dengan layak. Majalah Poetri Mardika merupakan metode pengajaran yang praktis bagi perempuan pribumi pada saat itu. Selain itu, artikel-artikel dalam majalah Poetri Mardika juga berisi gagasan tentang peran perempuan yang seharusnya. 

Pada 1920, Poetri Mardika dibubarkan karena masalah finansial. Salah satu program yang dijalankan oleh Poetri Mardika adalah memberikan beasiswa pendidikan kepada perempuan pribumi. Akan tetapi, Poetri Mardika mengalami kekurangan pendanaan sehingga organisasi ini tidak mampu lagi untuk membiayai sekolah perempuan pribumi. 

Bubarnya Poetri Mardika tidak menghilangkan semangat perempuan pribumi untuk menyuarakan hak-haknya dan mengubah pandangan masyarakat terhadap perempuan. Keberadaan Poetri Mardika membuat para perempuan pribumi ikut tergerak untuk mendirikan organisasi serupa. Keberadaan organisasi Kartini Fonds, Kautamaan Istri, Aisyiyah, dan organisasi perempuan lainnya merupakan bukti konkrit bahwa Poetri Mardika merupakan pelopor organisasi pergerakan perempuan di Indonesia (Yanti, 2020). 

Perempuan kerap diidentikan sebagai sosok yang lemah dan tidak berhak untuk memiliki peran yang lebih besar daripada laki-laki, khususnya dalam bidang pendidikan. Terpinggirkannya peran perempuan dalam kehidupan bermasyarakat membuat adanya keinginan perempuan Indonesia untuk merubah pandangan tersebut. 

Suatu pandangan yang telah mengakar dalam kehidupan bermasyarakat tentu saja sulit untuk dirubah. Kendati demikian, semangat perempuan Indonesia untuk mewujudkan emansipasi perempuan tidak padam. Upaya tersebut direalisasikan dengan didirikannya Poetri Mardika. 

Para perempuan pribumi bersatu dan mendirikan perkumpulan perempuan yang bernama Poetri Mardika. Poetri Mardika merupakan wadah bagi perempuan pribumi untuk memperjuangkan hak-hak perempuan. Poetri Mardika melaksanakan berbagai upaya untuk mengangkat hak-hak perempuan pribumi, salah satunya adalah dengan mendirikan majalah Poetri Mardika.

Kehadiran majalah Poetri Mardika dapat memantik pemikiran perempuan pribumi untuk melakukan pergerakan yang dapat menaikan derajat perempuan di tanah air. Beberapa tulisan mengenai kelebihan kaum perempuan membuat perempuan pribumi berpikir ulang secara mendalam mengenai kedudukan yang seharusnya dimiliki oleh perempuan, seperti tulisan dalam artikel yang bertajuk “Toedjoean dan Sifatnja Perobahan Alam Perepoean” karya Sadikoen Todokoesoemo.

Majalah Poetri Mardika telah tersebar ke hampir seluruh wilayah Hindia Belanda. Faktor yang menyebabkan mudahnya penyebaran Majalah ini adalah karena artikel dalam majalah Poetri Mardika ditulis menggunakan Bahasa Melayu, Belanda, Inggris, bahkan berbagai Bahasa Daerah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun