Mengapa mahasiswa di perguruan tinggi negeri kedinasan, khususnya di Politeknik Keuangan Negara PKN STAN, harus patuh pada aturan yang ditetapkan? Sebagai perguruan tinggi negeri di bawah naungan Kementerian Keuangan, STAN tidak hanya mengedepankan akademik tetapi juga karakter dan kedisiplinan tinggi yang mencerminkan birokrat masa depan. Namun, bagaimana pendekatan ekonomi bisa berperan dalam menciptakan kepatuhan tersebut? Dalam bukunya "Crime and Punishment: An Economic Approach" Gary Becker mengusulkan pendekatan berbasis insentif dan hukuman yang dapat diadaptasi untuk meningkatkan kepatuhan mahasiswa. Dengan memahami kepatuhan sebagai hasil dari analisis untung-rugi, perguruan tinggi dapat merancang strategi untuk menumbuhkan disiplin dari perspektif ekonomi.
Berdasarkan teori Gary, pelanggaran sering kali terjadi ketika individu melihat bahwa keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada risiko atau biaya yang harus ditanggung. Dalam konteks mahasiswa di PKN STAN, ketidakpatuhan bisa jadi muncul karena mereka menilai bahwa sanksi yang ada belum cukup menghalangi. Maka, penting untuk meningkatkan biaya pelanggaran tersebut, baik melalui pengurangan tunjangan, teguran administratif yang dapat memengaruhi kelulusan, hingga konsekuensi yang lebih serius seperti Drop Out (DO) dari kampus. Dengan adanya sanksi yang signifikan, mahasiswa akan mempertimbangkan kembali tindakan mereka karena adanya konsekuensi yang nyata dan berdampak langsung pada masa depan mereka.
Namun, kepatuhan tidak harus hanya ditegakkan melalui hukuman, insentif positif bisa menjadi cara efektif untuk membentuk perilaku patuh. PKN STAN dapat memperkenalkan penghargaan untuk mahasiswa yang mematuhi aturan, seperti kesempatan untuk mengikuti pelatihan eksklusif atau mendapatkan penempatan kerja di lingkungan Kementerian Keuangan. Insentif seperti ini dapat menjadi dorongan yang kuat bagi mahasiswa, yang bukan hanya meningkatkan motivasi tetapi juga memperlihatkan bahwa perilaku patuh akan membawa manfaat bagi mereka secara pribadi. Pendekatan ini bisa mengubah kepatuhan dari sekadar kewajiban menjadi pilihan yang mereka inginkan karena manfaat yang ditawarkan.
Selain itu, pengawasan yang ketat dan sistem evaluasi yang transparan sangat penting untuk menjaga kepatuhan. Sesuai dengan pandangan Becker, kepatuhan meningkat jika individu merasa bahwa tindakan mereka diawasi. Implementasi teknologi seperti absensi elektronik dan pemantauan aktivitas akademik dapat menjadi solusi untuk meningkatkan pengawasan di PKN STAN. Dengan adanya sistem pengawasan yang efektif, mahasiswa akan menyadari bahwa segala tindakan mereka terpantau, sehingga mereka cenderung lebih berhati-hati dan patuh terhadap aturan yang berlaku.
Pada akhirnya, untuk meningkatkan kepatuhan mahasiswa di PKN STAN, diperlukan strategi yang menyeimbangkan antara pemberian insentif dan penerapan hukuman yang sesuai. Dengan mengadopsi pendekatan ekonomi, perguruan tinggi kedinasan dapat menanamkan nilai kepatuhan yang memberi manfaat, tidak hanya bagi institusi tetapi juga bagi mahasiswa dalam jangka panjang. Melalui kombinasi insentif yang menarik serta pengawasan yang konsisten dan transparan, kepatuhan mahasiswa tidak lagi hanya menjadi sebuah formalitas yang dipatuhi sekadar untuk menghindari sanksi. Sebaliknya, kepatuhan ini akan tertanam sebagai bagian dari etika dan nilai pribadi, membentuk mereka menjadi calon abdi negara yang disiplin, jujur, berkomitmen terhadap tanggung jawab, dan memiliki integritas tinggi yang diperlukan dalam lingkungan kerja pemerintahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H