Mohon tunggu...
Muhammad Alif Al Raihan
Muhammad Alif Al Raihan Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Semua tulisan saya ini saya niatkan untuk ikut andil dakwah meneruskan perjuangan tongkat estafet Rasulullah

Selanjutnya

Tutup

Book

Wanita Muslimah Bersama Tuhannya

16 November 2024   18:00 Diperbarui: 16 November 2024   18:37 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadilah Muslimah yang Senantiasa Terjaga

Perlu diketahui diantara banyak hal yang paling utama dari wanita muslimah adalah dia memiliki keimanan yang kuat, tertancap di dalam hatinya kepada Tuhannya. Dia memiliki keyakinan atas segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini, dan apa yang menimpa manusia dari berbagai macam banyak kejadian, sejatinya sudah merupakan ketetapan dan takdir-Nya. Apa yang sudah menjadi bagiannya maka tidak akan dicapai oleh orang lain sebesar apapun usaha yang dilakukannya dan apa yang bukan menjadi miliknya tidak akan bisa dicapai olehnya sebesar apapun usaha yang dilakukan. 

Jadilah engkau wanita muslimah yang selalu mengaitkan dan menyertakan Alloh disetiap keadaan, urusan dan cobaan. Baik hal itu kecil ataupun besar, hendaknya berusaha untuk berada di jalan yang baik dan mengambil sebab-sebab demi terwujudnya amal saleh, yang akan memberikan kebaikan bagi agama maupun dunianya. Jadikan setiap amal yang engkau lakukan benilai kebaikan dan pahala disisi Alloh yang dapat mengantarkan kamu kedalam ridho Alloh, kepada kebahagian dunia dan akhirat khususnya. Bertawakkal kepada Alloh dengan sebenar-benarnya takwa kepada-Nya, menyerahkan segala urusannya hanya pada-Nya. Menyadari bahwa ia seorang yang lemah, yang selalu membutuhkan pertolongan, bantuan, bimbingan dan keridhaan-Nya. 

Dalam kisah ibuda Hajar, ketika Nabi Ibrahim meninggalkannya di sisi Ka'bah di Mekkah Al Mukarromah, disekitar padang pasir yang luas di atas air zamzam. Tidak ada seorangpun yang tinggal di kota Mekkah kala itu. Tiada air dan tida pula orang yang menemaninya terkecuali Ismail yang masih menyusu pada ibunya. Ketika hendak ditinggalkan Nabi Ibrahim, ibunda Ismail berkata kepada Nabi Ibrahim "Apakah Alloh yang memerintahkan hal ini kepadamu wahai Ibrahim?" kemudian Nabi Ibrahim menjawabnya "Ya. benar." Ketika mendengar jawaban itu, maka dengan segala keridhaan dan kepuasan hati serta kegembiraan dan kedamaian ia berkata : "Jika demikian, niscaya Alloh tidak akan menyia-nyiakan kami." (HR. Bukhori) 

Suatu keadaan yang sangat teramat sulit untuk bisa dijalani, meninggalkan istri dan bayinya, disebuah gurun pasir yang sangat amat terik yang tidak ada tumbuh-tumbuhan, air dan tidak bertempat tinggal manusia. Kemudian bertolak menuju ke negeri Syam tidak meninggalkan bekal kepada keduanya melainkan hanya sekedar sebuah kantong yang berisi kurma, dan bejana yang menyimpan beberapa teguk air. Andai bukan karena keimanan yang kuat memenuhi relung hati ibunda Hajar, dan kalaulah bukan karena kejujuran dan tawakkal kepada Alloh niscaya ia tidak akan sanggup menanggung beban yang berat ini, dan tentulah ia akan terjatuh pada sapaan ujian yang pertama.

Pada saat Sayyidah Hajar berada di lembah secara tiba-tiba mendengar suara tangisan bayi kecil Ibrahim dengan nada yang memilukan. Sehingga membuat ibunda Hajar segara meninggalkan bayinya dan bergerak melangkahkan kakinya dengan berlari-lari kecil dari bukit Shafa ke bukit Marwah pulang pergi dilakukan sebanyak tujuh kali. Dalam Ibnu Katsir menggambarkan kisah ini dikatakan "Adalah Sayyidah Hajar, seorang perempuan yang pulang pergi dari bukit Shafa ke Marwah untuk mencari air untuk anaknya. Alloh kemudian memberinya pertolongan dengan memancarkan air dari bawah tanah yang disentuh kedua kakinya di kamarnya. Ia mengatakan kata "thaam" "tham", "tham" (makanan, makanan, makan)." Dari kata itu, air yang memancar itu dikemudian hari disebut dengan air Zamzam. Sebuah sumber mata air yang bersih dan tak pernah kering sepanjang masa dan menjadi obat dari banyak penyakit. 

Menurut Ali Syari'ati seorang pemikir kontemporer menggambarkan Sayyidah Hajar sebagai perempuan yang bertanggung jawab, seorang ibu yang penuh cinta,  seorang diri, menggembara, mencari, menahan sakit, gelisah, kehilangan pelindung, tidak punya tempat bernaung kecuali hanyalah Alloh, tiada rumah, terasing dari kaumnya, tak berkelas, tak punya ras, dan tak berdaya, namun meskipun dikelilingi segala kekurangan ini, ia penuh harapan. Cinta kepada Alloh lah yang membuat hidupnya penuh gairah dan optimis.

Pinterest
Pinterest

Demikianlah kisah ketegaran seorang wanita yang akan tetap abadi, dikenang oleh para jamaah haji dan umroh sepanjang masa di malam hari ataupun siang hari. Terlebih ketika mereka minum air zamzam dan melakukan sa'i antara Shafa dan Marwah. Sungguh, keterjagaan iman ini telah memberikan buah yang sangat menakjubkan bagi kehidupan kaum muslimin dan muslimat. Sebab ia membangun nurani, mengasah perasaan, menyadarkan hatinya, bahwasannya Alloh melihat dan mengawasi apa yang terendap di jiwa dan ilmu-Nya menyelimuti seluruh manusia di manapun mereka berada.

Penulis : Al Faqir Muhammad Alif Al Raihan, 16 November 2024 M/  15 Jumadil 'Ula 1446 H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun