Mohon tunggu...
muhammadalimahrus
muhammadalimahrus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya membaca, suka mancing, saya adalah orang yang loyal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menelusuri Kritik Tajam Imam Ghazali Terhadap Filsafat

15 Desember 2024   17:24 Diperbarui: 15 Desember 2024   16:34 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Imam Ghazali. Sumber: suaraislam.id

3. Penolakan Kekekalan Dunia

Gagasan tentang dunia yang kekal juga menjadi sasaran kritik Al-Ghazali. Ia menentang pandangan bahwa dunia tidak memiliki awal dan menegaskan doktrin Islam tentang penciptaan oleh Allah dari ketiadaan . Menurutnya, dunia memiliki permulaan yang jelas, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur'an, sehingga gagasan regresi tanpa akhir dalam sebab-akibat tidak dapat diterima secara logis maupun teologis. Ia menganggap konsep ini bertentangan dengan akal sehat dan keyakinan Islam.

 4. Keterbatasan Akal Manusia

Al-Ghazali menekankan bahwa kemampuan akal manusia memiliki batasan dalam memahami kebenaran metafisika dan keagamaan. Ia berpendapat bahwa aspek-aspek tertentu, seperti hakikat Tuhan dan kehidupan akhirat, berada di luar jangkauan akal manusia. Spekulasi filosofis yang sepenuhnya mengandalkan rasio dianggapnya tidak memadai untuk menangkap realitas spiritual. Oleh karena itu, ia menegaskan pentingnya wahyu sebagai sumber pengetahuan yang lebih tinggi.

5. Melindungi Teologi Islam

Secara keseluruhan, karya Al-Ghazali bertujuan untuk mempertahankan teologi Islam dari pengaruh pemikiran filsafat yang dianggap menyimpang. Ia berusaha mengharmonisasikan akal dan wahyu, sambil menekankan bahwa pengetahuan agama yang bersumber dari wahyu ilahi lebih unggul daripada spekulasi rasional.

Kesimpulan nya Imam Al-Ghazali terhadap filsafat adalah bahwa Al-Ghazali berusaha melindungi ajaran Islam dari pengaruh gagasan filsafat yang dianggap bertentangan dengan prinsip agama. Melalui karyanya Tahafut al-Falasifah, ia mengkritik pandangan filsuf seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina, terutama terkait metafisika, hubungan sebab-akibat, kebangkitan jasmani, dan kekekalan dunia.

Al-Ghazali menegaskan bahwa akal manusia memiliki batasan dalam memahami hal-hal ghaib dan menekankan keutamaan wahyu sebagai sumber kebenaran tertinggi. Tujuan utama kritiknya adalah untuk mengharmonisasikan akal dengan wahyu dan menempatkan teologi Islam sebagai landasan yang lebih kuat dibandingkan filsafat. Pendekatan ini memberikan dampak signifikan dalam membentuk pemikiran Islam tradisional sekaligus memicu diskusi antara filsafat dan teologi di dunia Islam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun