Mohon tunggu...
Muhammad ali Khidhir
Muhammad ali Khidhir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Artikel Membangun Logika Berpikir: Menguasai Silogisme dan Menghindari Fallacy

5 Oktober 2024   04:12 Diperbarui: 5 Oktober 2024   04:13 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Membangun Logika Berpikir: Menguasai Silogisme dan Menghindari Fallacy

Logika bersumber dari sebuah kata dalam bahasa Yunani "logika", yang berhubungan dengan kata benda "logos", suatu hal yang memperlihatkan bahwa terdapat keterkaitan yang kuat dengan ucapan dalam bahasa yakni kata-kata dan pikiran kepada kita. Sehingga, jika dinilai dengan cara etimologis, logika merupakan ilmu yang meneliti pikiran dengan perantara bahasa. Logika bisa mengambil konklusi dengan bersumber atas apa yang telah dipercayai sebagai kebenaran melalui proses deduksi. Akan tetapi, apabila dicerna secara lebih mendalam, terlebih lagi bila diterapkan secara serius, kenyataanya berpikir dengan cara yang teliti, akurat, dan mantap adalah aktivitas yang tidaklah mudah. Pada saat kita menverifikasi berbagai pernyataan yang berbeda secara sitematis dan cermat, kita bisa menemui berbagai kesalahan, anomaly, dan pernyataan yang tidak memiliki hubungan. (Lubis et al., 2023)

Menurut pendapat Aristoteles sendiri, logika tidak bisa terlepas dari istilah silogistik. Itu adalah suatu penjabaran yang pada tahapannya berisi unsur "abstraksi atau premis mayor" serta "definisi atau premis minor" dimana keduanya diperlukan demi menyusun suatu gagasan yang tepat sebelum dilanjutkan menjadi proposisi yang pada akhirnya akan bersumber kepada konklusi. Ini disebabkan oleh wawasan yang ditimbun oleh para manusia tidak hanya semata-mata sebagai suatu tumpukan koleksi, melainkan itu adalah kumpulan dari bermacam-macam esensi dari berbagai fakta yang ada. (Mustofa, 2016)

Berusaha mendapatkan pemahaman dari logika berpikir itu bisa disamakan dengan usaha belajar prinsip dan metode yang dipakai untuk mengetahui peredaan mana yang sebuah pernyataan yang absah bukan hanya sekedar dengan memiliki pemahaman logikanya saja. Melainkan, pling tidak mereka yang belajar dan paham cara logika berpikir lebih bisa mempunyai argumentasi dan penalaran yang absah dan menjadikannya landasan untuk menyusun suatu pernyataan yang berbobot. Meneliti berbagai persyaratan yang wajib dipenuhi oleh spekulasi yang berdasar kepada akal demi menciptakan suatu hasil berupa penegtahuan yang tepat. Berbagai persyaratan itu dipelajari dan diimajinasikan oleh para ahli pemikir yang kemudian membuahkan hasil dari usaha mereka. Sebab kebenaran itu bermaifestasi ke bentuk opini, kemudian orang-orang pada akhirnya menyebut logika sebagai kecakapan dalam mengambil keputusan dengan cara yang paling tepat, serta paling benar. Dengan begitu logika itu dibagi menjadi tiga bagian yakni: teori penyusunan penegrtian, teori pemutusan, dan teori pembuktian. (Mesah et al., 2024)

Silogisme adalah sebuah prosedur pengambilan konklusi dengan cara deduktif. Penjabaran secara umumnya, silogisme merupakan pernyataan yang bersifat deduktif, dan tersusun atas dua asumsi dan satu simpulan. Konklusi itu memilik hubungan yang sangat kuat dengan asumsi-asumsinya, dimana jika asumsinya tepat, maka konklusinya juga tepat. Silogisme tersusun atas dua ajuan dan sebuah simpulan (konklusi) silogisme tipe penalaran deduktif dengan cara tidak langsung. Silogisme adalah sebuah temuan terhebat oleh sang ahli filsafat termahsyur yakni Aristoteles. (Munthe, 2022)

Pada dunia argumentai dan berpikir, kesesatan berlogika (logical fallacy) bisa berubah jadi batu halangan yang kerap kali terlewat oleh perhatian kita. Memiliki pemahaman mengenai kesesatan berlogika sebagai pegangan dalam berpikir secara rasional adalah hal yang sangat penting. Kesesatan berlogika atau logical fallacy merupakan tindakan menalar yang sangat tidak bisa diandalkan dan tidak benar, yakni. Kesesataan ini bisa terjadi apabila sebuah pernyataan tidak berdasarkan kepada asumsi yang tepat, ataupun apabila menyertakan tindak manipulasi yang menyebabkan kekuatan argumen melemah. Memiliki pemahaman terkait kesesatan berlogika dalam membantu kita untuk menilai pernyataannya serta menjawabnya dengan sangat kritis. (Mesah et al., 2024)

Logika berpikir merupakan keterampilan untuk mempergunakan prinsip dan aturan yang memiliki arti dan makna untuk membuat pernyataan atau simpulan yang sesuai dengan akal dan berdasar pada berbagai informasi yang siap sedia. Hal ini meliputi pola pikir yang sistematis, koheren, dan rasional demi menggapai sebuah pemahaman yang jelas serta benar mengenai sebuah masalah dan situasi. Berpikir dengan cara yang logis memberikan kemungkinan seseorang mengenali pola, analisis argumen, dan mengambil keputusan berdasarkan berbagai ingormasi yajg bisa dipercaya. Memiliki pemahaman mengenai logika berpikir yang kemudian bisa membantu dalam adanya peningkatan mutu dalam berpikir dan mengambil suatu keputusan. (Mesah et al., 2024)

Dengan memahami banyak jenis kesesatan berlogika, pernyataan kita bisa dinilai ulang secara lebih presisi dan mendapatkan tanggapan yang jauh lebih kritis. Dalam pernyataan, logika memiliki peran yang penting ketika membuat sebuah pernyataan yang meyakinkan dan kuat. Dengan mempergunakan bukti kuat, memberi penilaian yang relevan dan berpikir secara kritis. Kamu bisa menjauhi kesesatan penalaran dan membangun persnyataan yang jauh lebih kuat. Pada debat dan argumentasi, lawan dan pendengar lebih cenderung menganggap dengan serius pernayataan logika dan bukti yang kuat. Oleh sehab itu, sangat penting demi menggambarkan pemahaman yang baik terkait pemikiran logis dan menggunakannya secara efektive dalam penalaran serta membangun pernyataan yang lebih kuat. Pada argumentasi dan debat, lawan dan pendengar lebih sering mengangggap serious pernyataan berdasar logika dan bukti yang kuat. Oleh sebab itu, pentingnya tindakan pengembangan pemahaman yang baik terkait pemikiran logis serta mwnggunakannya secara efektif demi meciptakan pernyataan yang kuat dan memyakinkannya. (Mesah et al., 2024)

Lubis, N. S., Farleni, F., Juansah, D. E., & Nulhakim, L. (2023). Proposisi, Logika dalam Berpikir Sebagai Dasar Penalaran Ilmiah dalam Menghasilkan Pengetahuan Baru. Jurnal Filsafat Indonesia, 6(2), 276--283. https://doi.org/10.23887/jfi.v6i2.56233

Mesah, W., Darma, F. E., & Lawalata, M. (2024). Memahami Logika Berpikir Sebagai Landasan Membangun Argumentasi Yang Kuat. Jurnal Teologi Injili Dan Pendidikan Agama, 2(3), 173--185.

Munthe, M. (2022). Penerapan Metode Textrank dalam Rancangan Aplikasi Silogisme Artikel Bahasa Batak. Journal of Computing and Informatics Research, 1(2), 37.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun