Filsafat Ilmu dalam Tiga Dimensi: Hubungan Aksiologi, Epistemologi, dan Ontologi
 Filsafat bersumber dari kata dalam bahasa Yunani Kuno (Greek): "philos" dan "sophia". Philos bermakna cinta, menyukai sementara soophia bermakna kebenaran dan kebijaksanaan (wisdom). Hal ini memiliki arti bahwa sebuah konsep yang memiliki makna menyukai dan mencintai kepada kebijaksanaan dan kebenaran. Sehingga secara literal, filsafat bermakna menyukai kebijaksanaan. Tergantung kepada sumbernya kebenaran terdapat yang memiliki sifat pasti dan yang bersifat tidak pasti atau relatif. Disebabkan hal itu, kebenaran pada intinya atau faktanya tidak selalu menjadi sebuah kesesuaian akan kenyataan dan fakta. Kebenaran relative atau tidak mutlak adalah sebuah kebenaran atas dua fakta yang sama. Oleh karena itu, butuh untuk dilaksanakannya sebuah penyelidikan pada tiap ketidaksesuaian dan kebenaran yang bersifat mutlak, apa sumber ketidaksesuaiannya, mengapa bisa terjadi, dan bagaimana mengatasinya ke sebuah kesesuian yang bersifat mutlak, yakni kenyataan dan fakta. (Nila & Susanto, 2018)
 Filsafat telah jadi "Ibu" dari semua ilmu karena filsafat adalah induk dari semua ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu bukanlah hal yang aneh apabila filsafat ilmu itu mencakup semua bidang ilmu apapun. Tiap ilmu selalu memiliki masalah yang mencakupnya. Saat menghadapi beberapa masalah tersebut, salah satu jalan yang terbaik demi mendapatkan solusinya adalah filsafat. Menjadi ibu semua ilmu lain yang ada, pengaruh yang dimiliki filsafat tetap terasa. Setelah ditinggal bebagai ilmu lainnya, faktany filsafat tetap hidup menggunakan warnanya sendiri menjadi ilmu untuk menyelsaikan berbagai masalah yang tidak bisa diselesaikan ats berbagai ilmu yang bersifat khusus. Tetapi, sudah jelas kalau filsafat itu tidak dapat dimasukkan kepada ilmu pengetahuan yang sifatnya khusus (Nila & Susanto, 2018). Filsafat ilmu sendiri memiliki beberapa bidang kajian yakni ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
 Ontologi mempunyai penjabaran yang bermacam-macam, pengertian ontologi bersumber dari bahasa Yunani, yakni On (Ontos) yang bermakna ada dan logos yang bermakna ilmu, yang berarti ontologi adalah ilmu yang membahas yang ada. Ilmu yang mengulas fakta dari segala sesuatu yang ada, yang adalah ultimate reality, baik yang memiliki bentuk konkret dan fisik ataupun yang abstrak dan rohani. Pada definisi yang dimiliki Aristoteles, ontologi adalah pengulasan tentang berbagai hal yang ada (hal ada yang seperti demikian) merasakan transformasi yang mendalam, dan berhubungan dengan objeknya. (Suaedi, 2016)
 Epistemologi adalah penggabungan dari dua kata, yakni episteme atau pengetahuan dan logos atau theory. Epistemologi merupakan cabang ilmu dari filsafat dan membahas terkait teori ilmu pengetahuan. Usaha untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan tentang bagaimana "Ada" itu sebenarnya berada adalah definisi dari cabang ilmu ini. Tahapan ada itu melalui sudut pandang ilmu pengetahuan yang pastinya mentaati berbagai prinsip teoritis yang pasti. Rasa kagum manusia kepada "Ada", jika dipahami dari common sense (akal sehat) pasti menghasilkan epistemologi dan membahas tentang masalah bagaimana "Ada" itu eksis. (Nila & Susanto, 2018)
 Aksiologi bersumber dari Bahasa Yunani axios yang meiliki makna nilai dan logos yang bermakna teori (ilmu). Sehingga aksiologi merupakan teori tentang nilai yang berhubungan kepada nilai guna atas sebuah pengetahuan yang didapatkan. Ilmu penegtahuan yang dimiliki manusia sangaatlah luas, oleh sebab itu, adanya harapan untuk memiliki bagian yang bersifat tepat guna. Tatanan aturan itu dibutuhkan dalam proses dan kehidupan yang ada. Nilai guna itu memiliki kaitan yang kuat dengan nilai dari sebuah ilmu. Untuk mendapatkan sebuah jawaban atas tujuan ilmu digunakan adalah tujuan aksiologi. (Nila & Susanto, 2018)
 Filsafat merupakan sebuah ilmu pengetahuan terkait semua hal menggunakan pandanag akan penyebab yang paling dalam. Dengan perpusat pada manusia dan pikiran mereka, filsafat melakukan pencarian jawaban untuk pertanyaan yang dihadapi. Ilmu adalah sebuah keterangan atau lukisan yang konsisten dan penuh tentang hal yang dikaji pada waktu dan ruang. Hasil atas rasa ingin tahu manusia atas sesuatu, atau semua usaha manusia demi memiliki pemahaman atas sebuah objek spesifik adalah pengetahuan. Ilmu pengetahuan bisa dirumuskan menjadi himpunan pengetahuan tentang sebuah hal pesifik (obyek atau lapangan), yang adalah sebuah keutuhan yang terstruktur dan menawarkan penjabaran yang terstruktur dan dengan memperlihatkan berbagai penyebab hal atau kejadian tersebut, maka bisa untuk dipertanggungjawabkan. Filsafat ilmu adalah pengetahuan yang menunjukkan pikiran untuk terbuka dan belajar secara serius tentang imajinasi dan proses yang logis pada cara bekerjanya ilmu pengetahuan. (Situmeang, 2021)
Nila, F., & Susanto, bagus pratama. (2018). Kedudukan Filsafat Dalam Ilmu Pengetahuan. https://www.google.co.id/books/edition/Filsafat_Ilmu_Ekonomi_Islam/9CDhDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=buku+tentang+hakikat+dan+sumber+pengetahuan&printsec=frontcover
Situmeang, I. R. V. O. (2021). Hakikat Filsafat Ilmu dan Pendidikan dalam Kajian Filsafat Ilmu Pengetahuan. IKRA-ITH HUMANIORA: Jurnal Sosial Dan Humaniora, 5(1), 76--92.
Suaedi. (2016). Pengantar Filsafat Ilmu (Nia Januarini (ed.); 1st ed.). IPB Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H